21 Mei 2010

just share dapet dari berbagai sumber

MANIPULASI AUTO REFRESH WINDOWS
komputer harus di-refresh setiap saat agar bisa segar kembali untuk mengerjakan tugasnya. Jika komputer dalam keadaan fresh, maka kinerja komputer bisa maksimal. Manipulasi ini berguna untuk dapat menyeting komputer sehingga dapat me-refresh dirinya sendiri setiap saat. Dengan demikian, kinerja komputer akan lebih baik.
HKEY_LOCAL_MACHINE\System\CurrentControlSet\Contro l\Update
Value Name : UpdateMode
Data Type : Binary Value
Data : 0 = menampilkan, 1 = menyembunyikan

MANIPULASI FastDRAM
Manipulasi ini berguna untuk mempercepat kinerja komputer. Kamu bisa mengaktifkan manipulasi berikut dan melihat perbedaan dengan yang sebelumnya.
HKEY_LOCAL_MACHINE\System\CurrentControlSet\Servic es\Vxd\BIOS
Value Name : FastDRAM
Data type : DWORD Value
Data : 0 = menampilkan, 1 = menyembunyikan

Here's a great tip to speed up your browsing of Windows XP machines. Its actually a fix to a bug installed as default in Windows 2000 that scans shared files for Scheduled Tasks. And it turns out that you can experience a delay as long as 30 seconds when you try to view shared files across a network because Windows 2000 is using the extra time to search the remote computer for any Scheduled Tasks. Note that though the fix is originally intended for only those affected, Windows 2000 users will experience that the actual browsing speed of both the Internet & Windows Explorers improve significantly after applying it since it doesn't search for Scheduled Tasks anymore. Here's how :

Open up the Registry and go to :

HKEY_LOCAL_MACHINE/Software/Microsoft/Windows/Current Version/Explorer/RemoteComputer/NameSpace

Under that branch, select the key :

{D6277990-4C6A-11CF-8D87-00AA0060F5BF}

and delete it.

5 Jan 2010

Mona Blakacuters

Anggota Blakacuters yang paling cantik menurut rating teman-teman guw adalah Mona Desanty (teman-teman cowo guw yang matanya pada jelalatan kalo liat kambing dibedakin). Kelahiran bulan desember 1986 ini (lebih tua dia dari guw) memang terbilang cantik luar biadab. Tak salah kalo banyak lalat (maaf, maksud saya penggemar) yang mengerubunginya. Bahkan teman sekelas guw tak usah kita sebut namanya Gan Gan Abdurrahman dan Syahib Febriansyah, cukuplah kita panggil dengan sebutan G dan S sangat mengidolakan Mona dan mengejar-ngejar doi dari semester satu sampai lulus kuliah (bukan karena Mona banyak utang loh ya). Namun sayangnya, Mona tidak ada minat dengan teman sekelas seperti beberapa spesies yang kebetulan dapat “cinlok” (Cinlok : Cinta Dicolok), Mona lebih memilih untuk menjomblo dari pada ngeladenin rayuan teman-teman sekelasnya yang ia anggap kurang mempesona.
Guw kenal sama Mona pada waktu semester satu tahun pertama guw kuliah di IPeBe, sama seperti Icha, interaksi guw ama Mona selama setahun guw duduk dibangku kuliah tahun pertama di kelas Komunikasi bisa dihitung dengan jari. Tapi yang paling guw ingat adalah waktu pertama kali kenalan dengan Mona. Begini ceritanya;

Pada awal masuk kelas, guw udah bertekad untuk menghilangkan sikap guw yang malu-maluin yang guw dapat selama guw hidup di SMA, yaitu sikap grogi kalo ngomong sama cewe. Jadilah pada awal masuk kuliah, guw mencoba untuk dekat dengan teman-teman cewe, itulah target guw yang pertama. Kemudian, guw dimasukkan dalam kelas yang sama dengan Mona, dan waktu itu kebetulan masih dalam suasana OSPEK, guw dan Ridwan (Komti guw waktu dikampus) dengan pede nyamperin Mona yang kala itu sedang duduk ngobrol dengan Mamih Nadya (anggota Blakacuters juga). Ridwan waktu itu langsung nyosor saja dengan gayanya yang pede langsung berkata begini,
“eh, kita kan teman sekelas, gag enak rasanya kalo belum kenalan” katanya sambil nyodorin tangan buat salaman, “gue Ridwan”
Mona sambil ngejabat tangannya satpam (maaf, Ridwan maksud saya) menjawab dengan malu-malu, “Mona” dan disambung dengan pembacaan doa oleh Nadya, isi doanya cukup pendek, “Nadya”
Guw juga gag mau kalah aksi, sambil ngebenerin jambul guw (dulu guw punya jambul gag sih? Jadi lupa), guw nyodorin kaki guw buat salaman (bentar, emang guw anjing apa salaman pake kaki?) sambil ngambil tangan Mona secara paksa guw memperkenalkan diri, “Said” terus dibales sama Mona, “Mona”, guw yang udah keburu dapet megang tangan Mona gag mau kehilangan momentum, sayang dong tangan mulus dari cewe cakep dilepas gitu aja, langsung bilang gini, “sori, tadi siapa?” Mona dengan polosnya mengulang jawabannya, “Mona”. Berarti sampe momentum ini guw udah megang tangan Mona lebih lama dari pada Ridwan tadi, masih belom redho guw ngelepas tangan nii mahluk cakep, guw nanya lagi (tentu saja dengan tangan guw masih megang tangan Mona), “bukan dari singkatan Monyet Nakal kan?” kata guw sambil tersenyum, Mona pun langsung pura-pura pasang muka cemberut (sumpah, Mona walaupun pura-pura cemberut tetep cantik mampus), terus guw berpaling ke Mamih Nadya, lalu menjabat tangannya (cukup dua detik) sambil memperkenalkan diri, “Said” yang disambut oleh mamih, “Nadya”.
Momen yang paling guw inget adalah ketika setelah berkenalan, Mona sempat berbisik kepada Nadya sambil cekikikan terus Nadya bilang, “luw pasti dapet Mon, tenang aja, luw cakep ini” kata Mamih Nadya tanpa mempilter suaranya.
Guw dan Ridwan dalam hati sama-sama yakin kalo Nadya dan Mona sedang ngomongin salah satu dari kami, cuman guw ama Ridwan menganggap Mona sedang ngomongin Ridwan, secara dia tinggi, cakep, putih. Ternyata eh ternyata, hal itu terbukti lain dikemudian hari.
Setelah itu interaksi guw ama Mona bisa dibilang hampir tidak ada. Secara Mona kalau maju kedepan (tugas kelompok) pasti bareng Icha, dan kalau guw yang nanya (secara pertanyaan guw selalu berbobot) pasti kalau bukan Icha yang jawab pasti Jun Jun (note : pemeran figuran, jangan terlalu dianggap), jadi bisa dibilang interaksi guw ama Mona dalam setahun bisa diitung dengan jari, satu waktu kenalan, dua waktu salam-salaman sehari sebelum libur puasa sambil ngucapin minal aidin wal faizin, terus tiga waktu hari pertama masuk kuliah setelah libur lebaran dan tetap sambil ngucapin minal aidin wal faizin.
Cerita berubah ketika masuk tahun kedua semester pertama. Mona yang selalu dekat dengan Icha masuk kekelompok yang sama dengan guw. Akhirnya guw dan Mona tak hanya berinteraksi tiga kali dalam setahun tapi hampir setiap hari kita saling bertukar pikiran (secara satu kelompok) dan hampir setiap hari guw ngabisin waktu dengan Mona selama di kampus atau ngerjain tugas, karena Mona sama Icha tidak pernah bisa terpisahkan sedangkan guw ama Icha ibarat kucing ama ikan asin, saling tarik menarik.
Setelah setengah tahun penuh lamanya kita selalu berempat (Icha, Mona, Guw ama Anggi –untuk Anggi akan ada bab khususnya-) kita pun dipisahranjangkan (hus, pisah kelas), jadi Anggi dan Icha dalam satu kelas sedangkan guw ama Mona satu kelas.
Ada lagi momen yang sangat bikin guw bingung dalam menghadapi Mona. Mona tidak pernah tidak tertawa kalau sedang menghadapi guw (dan terkadang ini bikin guw kesulitan), entah apa yang ada dalam pikirannya yang masih polos itu.
Salah satu saat yang paling bikin guw gag enak adalah waktu mata kuliah Mbak Vilma, dosen cakep yang kebetulan suka ngegodain mahasiswanya dan kebetulan juga guw salah satu yang digodainnya (kurang ajar bener ni dosen). Jadi waktu itu giliran Mona untuk maju presentasi. Mona maju, sendirian (kebetulan tugas kali ini tugas individu), menyiapkan bahan lalu membuka presentasi,
“selamat sore, teman-teman. Kali ini saya akan… “ tiba-tiba tanpa ada angin dan hujan, setelah melihat guw Mona cekikikan di depan kelas, padahal sumpah, guw gag ngapa-ngapain. Guw cuman sedang fokus ke depan karena guw mau nyiapin pertanyaan nantinya kalau sesi tanya jawab.
Setelah itu Mona tenang, lalu dia mulai lagi,
“Selamat sore teman-teman semua. Kali ini saya akan mempresentasikan…” cekikikan lagi! Dan itu setelah ngeliat guw, dan celakanya, Mbak Vilma sempat ngeliat Mona ngelirik guw 0,1 detik sebelum dia mulai cekikikan didepan kelas, dan akhirnya apa?
“Said, jangan gangguin Mona terus, sayang waktunya terbuang nih”
Bujugh! Emang guw ngapain? Monanya aja yang aneh, masa ngeliat guw langsung cekikikan (dan guw lalu menyadari, Mona udah cekikikan kalo ngeliat guw dari awal guw kenalan ama dia dan nyebut dia Monyet Nakal).
Itulah sedikit tentang kisah guw ama Mona. Anggota Blakacuters yang paling pinter dandan (emang kalau masalah dandan, Mona patut diacungin jari tengah, eh salah, maksud guw ibu jari, dasar Okem). Pokoknya buat Mona mottonya adalah : Selalu Tampil Cantik Kapanpun, Dimanapun.

3 Jan 2010

Tentang Icha

Ini cerita tentang sala seorang personil blakacuters yang uda guw anggap kaia sodara guw sendiri. Namanya Liza Ulfiana Rachman, biasa dipanggil Icha, dengan NIM : J3A205015. Guw kenal ama dia pertama kali seumur idup guw adalah ketiak (baca : ketika) guw masup ke IpeBe. Dulu guw masii cupu (CUlun MamPUs) dan masii tersesat dalam kebodohan dan kejahiliahan (halah). Guw kenal dia waktu acara perkenalan di kelas, waktu itu dia termasup sala seekor (seorang) yang guw nilai mempunyai wajah yang punya nilai diatas lumayan (jadi kalo icha baca guw bisa bilang dari pada lumanyun, cha). Guw merating beberapa orang yang guw anggap wajahnya diatas lumayan dengan rangking sebagai berikut
1. Irda Rudiana Pertiwi
2. Liza Ulfiana Rachman
3. Mona Desanti
4. Desi Eka Puspita
5. Putri Agnesia

Selain itu ada beberapa orang yang guw lupa apa mereka sekelas ama guw waktu taun pertama atau engga, jadi guw gag masukin disini. Waktu itu, guw menilai icha sangatlah tinggi, sangat hay klas lah istilah orang-orang bule depok. Wajah cantik, baik hati, tidak sombong dan ramah tamah.
Selanjutnya guw gag pernah lagi berinteraksi dengan icha selama masa kuliah hampir setahun (bisa diitung lah guw interaksi dengan dia, kalau sapaan waktu disuru diskusi kelompok gag ikut diitung). Guw berinteraksi dengan dia lebih banyak karena tuntutan tugas kuliah, kalau kelompok dia maju misalnya, terus guw nanya dan kebetulan dia yang jawab, maka itu termasuk interaksi yang guw lakuin ama dia. Selain itu interaksi yang guw inget ama dia tuh adalah waktu dia mulai main arisan, dia dateng ke bangku guw dan nawarin guw untuk ikut arisan kelas yang guw tolak (guw udah tau lah gimana nasipna arisan kalo kebanyakan orangnya, gag perna ada yang bener).
Sedikit litel sekret, guw perna suka ama dia. Watu itu kita baru masup semester dua, ada perubahan dalam penampilan icha, dia sekarang make jiblab (kalau anda tidak tau jiblab itu apa, itu adalah kain yang biasa dipakai perempuan untuk menutup aurat, dan kalau anda tidak tau aurat itu apa, aurat itu adalah yang banyak dirumah sakit : Unit Gawat Aurat). Nah,,, guw itu dulu masii suka ama cewe yang pake jilbab (maklum masii agak waras), jadi guw begitu liat dia pake jilbab, mana anaknya putih, pake kaca mata, sekarang pake jilbab, udah selera guw banget tuh. Udah aja guw ngedeketin dia, tapi oh tetapi, sudah ada yang ngedeketin dia duluan, namanya Abung Supama, dan guw dengan sadar diri mundur teratur (bukan sadar diri karena guw kalah ama dia, maaf kata kalah gag ada dikamus guw, tapi guw sadar diri kalo gag mungkin guw ngedeketin cewe yang udah dideketin teman sekelas).
Okeh, tidak usa dibahas lagi lah tentang guw perna suka ama Icha, cuman membangkitkan kenangan lama ajah. Tetapi oh tetapi, ternyata icha juga tau kalo guw suka ama dia dan ini bikin dia menjaga jarak dari guw dan guw sadar itu.
Guw ama icha gag bakal pernah bisa temenan dengan erat kalo gag ada Ratih dan Petir (wah, parah masa Ratih disamain ama petir?) jadi ceritanya, waktu itu ada pembagian kelompok, guw direkrut ama Ratih untuk masup kelompoknya dan kebetulan Icha juga masuk dalam kelompoknya Ratih (tapi guw lupa waktu itu disuru bikin kelompok apa ya???). waktu pertama kali jadi kelompok itu sedang hujan deras. Awalnya guw duduk gag terlalu deket ama Icha, sebab dia ngejauin guw karena dia tau guw suka ama dia dan dia mau gag mau terkesan ngasi harapan ke guw dengan duduk deket guw. Tiba-tiba,
“DHUARRRR!!!!”
Petir menyambar dengan amat sangat kencangnya, hampir semua anak cewek berteriak kaget, termasuk Icha. Icha yang awalnya duduk agak menjauh dari guw tiba-tiba memindahkan kursinya untuk lebih mendekat sambil menutup telinganya. Setelah itu icha akhirnya ngeliat sikap guw yang udah normal (gag kaya waktu guw suka ama dia dulu) dan Icha pun dengan senang hati mau berteman dengan guw. Sampe sekarang guw masi bersukur ama petir itu, kalo gag ada itu mungkin hubungan guw ama Icha gag bakal sedekat ini.
Setelah peristiwa petir itu, guw sama Icha semakin dekat. Dulu ada istilah yang melekat di diri guw, Dimana ada Said disitu ada Desi, berubah, menjadi Freak and Blakacuters, karena dimana ada Icha disitu ada guw.
Bahkan, pada saat guw nangis malam-malam gara-gara putus dari Veby, cuman Icha yang tau kalo guw pernah nangis gara-gara cewek. Kalo ada rumah temen cewek yang paling sering guw kunjungin selama guw di kampus itulah rumah Icha, baik itu cuman sekedar ngabisin kue lebarannya, atau ngebantuin bikin pe er atau ngerjain tugas, itu pasti rumah Icha yang jadi destination utama guw. Bahkan, yang bikin guw terharu, guw udah dianggap seperti anak sendiri ama nyokapnya Icha, wuih, terharu guw waktu guw dengernya.
Malem taun baru guw sempet nginep dirumahnya (walaupun gag satu kamar ama Icha) dan guw adalah satu-satunya temen cowo yang pernah nginep dirumah dia (cowonya sendiri aja gag pernah), sampai pas waktu guw bangun (tapi masih setengah sadar), ada tamu yang sedang berkunjung, guw sedang tidur di sofa waktu itu, guw denger tamunya nanya,
“itu siapa, bu?” tanya si tamu
“anak ibu, semaleman begadang malam taun baruan” kata nyokap Icha
Guw yang sedang pura-pura tidur langsung hati guw “nyes” banget, guw gag pernah bilang ini ke Icha, jadi dia gag tau. Hati guw terharu banget, coba kalo nyokap Icha bilang kaya gini;
“teman anak ibu yang kuliah di IPB, semalem baru taun baruan”
Hati guw bakal biasa aja. Gag bakal terenyuh kaea gitu.
Banyak banget kenangan yang pernah guw alamin ama Icha, mulai dari ngerjain tugas bareng, curhat bareng, nungguin cowonya (Icha gag pernah minta temennya yang laen buat nemenin dia nungguin cowonya, cuman guw). Guw juga tahu beberapa rahasia yang gag dibeberinnya ke anggota Blakacuters yang laen. Pokoknya guw udah kaya kakaknya Icha lah, dan guw anggap dia adek guw yang paling kecil. Soalnya kelakuannya kadang-kadang lebih kekanak-kanakan dari adek guw yang paling bontot. Tapi guw sayang banget ama dia. Apalagi kalo dia udah ngeluarin gaya andalannya, gaya anak kecil, wah, guw semakin bertekuk lutut ngadepin dia.
Tapi Icha adalah motor guw. Dia yang bikin IP guw membaek selama guw temenan ama dia. Dia yang maksa guw buat tugas, dia yang bikin guw secara gag langsung ngulang pelajaran (salah satunya adalah merefisi tugas yang dia kerjain, biasanya guw liat dan guw nilai, jadinya secara gag langsung guw ngulang pelajaran guw sendiri).
Yang paling guw inget itu ada dua tugas, tugas yang pertama adalah tugas membuat majalah, guw inget banget Icha dateng dari warnet sebelah dengan kalem dan tiba-tiba dia nangis di bahu Mona yang waktu itu sedang guw bantuin nyelesein tugasnya, bayangin aja, hasil kerja dia selama tiga apa empat jam diwarnet hilang gara-gara kecerobohan seorang pengunjung yang gag sengaja mematikan komputer yang sedang dipake ama Icha. Akhirnya guw ngebantuin dia ngerjain tugasnya ampe guw begadang pulang kerumah kalo gag salah jam dua belas malem dari rumah dia.
Tugas kedua adalah tugas membuat Stand waktu acara Food Festival Komunikasi Budaya yang diadain ama Bu Vilma. Waktu itu kita menampilkan budaya dari daerah Banjarmasin, daerah asal Icha dan asal kakek guw dari pihak nyokap. Tugas ini lumayan berat, karena waktu itu kita sampe latihan nyanyi dan nari (mana guw gag bisa nyanyi lagi), yang akhirnya pada waktu pementasan guw gag nyanyi sama sekali tapi mereka tetap nari. Dan pada waktu itu stand kita memenangkan gelar Stand Terbaik diantara lima belas atau dua puluh stand yang ada dalam festifal tersebut (gelar Best Costum jatuh pada Costum dari Bali).
Sampai akhirnya guw terakhir ketemu ama Icha waktu upacara pernikahannya dengan Mas Heri. Kabar terakhir yang guw denger dia sedang melendung, asik, gag lama lagi guw bakal dapet ponakan, guw berdoa agar waktu melahirkan Icha dan bayinya baik-baik saja. Amin.