31 Des 2009

Hapus Spong Dong dari Tipi Indonesa

Kalau ada yang menanyakan acara tipi apa yang paling gag guw suka maka guw akan menjawap dengan Tegas, Lugas dan Terpercaya (halah) kalau acara tipi yang paling gag guw senengi adalah Spong Dong. Spong Dong adalah pilem kartun disalah satu telepisi swasta di Indonesia yang dicangkok dari tipi luar negri dengan tokoh utama sebuah Spons yang memakai celana kotak dan berteman dengan bintang laut berwarna pink. Banyak alasan guw gag menyukai pilm kartun yang satu ini. Spong Dong tidak mempunyai pesan moral apa pun dalam setiap ceritanya, dan yang diajarkan dalam pilm ini adalah keburukan. Semua keburukan ada dalam pilem ini, berikut guw bakal jabarin satu persatu keburukan yang ada dalam pilem Spong Dong ini.

1. Kebodohan

Yang paling guw bikin guw eneg kalo nonton pilem ini adalah, tokoh utamanya adalah mahluk yang sangat bodoh dan tolol tanpa ada kelebihan sama sekali, bahkan yang paling menyedihkan adalah, kesetiakawanan dan kesetiaan terhadap pekerjaan yang sering ditampilkan dalam ceritanya semua bersumber dari kebodohan. Silahkan lihat bagaimana sikap sang tokoh utama dalam setia terhadap bosnya (seekor kepiting mata duitan), dan bagaimana ia membela teman baiknya (bintang laut yang bodohnya gag ketulungan) semua dia lakukan tanpa pikir panjang dan selalu tidak pernah berpijak pada kebenaran, yang ia lakukan hanya kesetiaan buta. Contohnya pada saat teman/bosnya melakukan suatu kesalahan, dia akan membela sahabat/bosnya itu dengan semembela-belanya, walaupun dia harus mengorbankan diri untuk mereka. Itulah yang guw sebut kebodohan, mengorbankan diri untuk orang yang salah (lihat episode dimana si Bos mau dibawa sama hantu untuk membuat si bos menyadari dosa-dosanya, yang ada disini malah si Spong Dong menawarkan diri untuk menggantikan si bos, dan pada ujung ceritanya si hantu yang ingin menyadarkan si bos malah tidak tahan menghadapi Spong Dong dan kebodohannya, hingga niatnya untuk membuat si bos sadar akan dosanya tidak terlaksana) itu adalah salah satu contoh pelajaran kesetiaan buta dan sebuah pelajaran, bahwa orang bodoh bisa mengalahkan kebenaran (makanya sekarang banyak orang yang suka pura-pura bodoh untuk menghindari hukum).

2. Ketidakpedulian

Pernahkah kalian menyaksikan episode dimana Spong Dong sedang bermain di tengah malam bersama sahabatnya si bintang laut? Dan yang selalu merasa terganggu adalah seekor Gurita (atau cumi-cumi?) yang tinggal dekat dengan rumah Spong Dong. Disini yang diceritakan adalah Spong Dong adalah sebuah sosok yang tidak pernah menghargai orang lain. Dia tidak pernah merasa mengganggu sang tetangga meskipun sudah berulang kali diperingatkan. Termasuk diantaranya adalah memaksakan kehendaknya kepada sang tetangga. Dia tidak perduli apakah perbuatannya merugikan orang lain atau tidak, yang penting dia senang, ini adalah salah satu ajaran minus yang guw liat dari acara Spong Dong ini. Bayangkan saja apabila kalian berada dalam posisi tetangga Spong Dong, pada saat kalian ingin beristirahat, tiba-tiba ada gangguan dari tetangga anda yang sifatnya sangat tidak penting (kalau bersifat penting seperti pengajian, atau ada acara lainnya okelah bisa diterima) coba bayangkan anda sedang terlelap tidur jam dua belas malam tiba-tiba terdengar bunyi petasan yang sangat besar berulang kali padahal itu bukan malam tahun baru atau malam yang memang tepat momennya untuk menyalakan petasan, tiba-tiba tetangga anda menyalakan petasan hanya untuk bersenang-senang. Bayangkan bagaimana perasaan anda. Coba bayangkan lagi perasaan anda, tiba-tiba tetangga anda datang masuk kedalam rumah anda tanpa permisi, menggerayangi barang-barang anda, bahkan mengambilnya tanpa seizin anda. Itulah gambaran yang ada pada cerita Spong Dong, dan yang menyakitkan lagi, Spong Dong selalu benar dan mendapat kebahagiaan sedangkan tetangganya selalu apes dan mendapat kemalangan.

3. Spong Dong selalu benar meskipun dia salah

Dalam cerita Spong Dong, dia akan selalu mendapat dukungan dari si bos walaupun sudah ketahuan dia salah. Ini sesuai dengan kesetiaan buta yang ia berikan kepada bosnya. Inipun termasuk salah satu didikan minus atau nilai minus dalam acara telepisi yang satu ini. Ada orang yang salah dibela sedangkan orang yang benar malah disalahkan dan disuruh untuk mengikuti atau mendukung orang yang salah.

Itulah alasan-alasan mengapa guw memilih acara Spong Dong sebagai acara tipi yang paling gag guw sukai. Kalau kalian bilang bagaimana dengan Toms and Jerry? Bukankah sama saja? Tidak sama! Dalam film Toms And Jerry, terdapat pesan moral yang sangat baik, yaitu walaupun bermusuhan tapi ketika melihat musuh dalam kesusahan pasti berusaha membantu, itu yang guw tangkap dalam beberapa cerita Toms And Jerry. Atau ada beberapa pihak yang mengkritik Teletubies sebagai acara yang mengajarkan kesesatan (karena adanya adegan pelukan, bayi matahari, simbol-simbol yang dikatakan simbol orang yahudi) sekarang guw mau ngejelasin dikit, fakta menunjukkan, pelukan sangat efektif untuk meredam stress, meningkatkan ikatan emosi dan mendekatkan diri pada lingkungan sosialisasi. Bayi matahari yang ada di dalam acara Teletubies itu adalah menggambarkan bagaimana bayi itu bagaikan matahari yang menyinari hati kedua orang tuanya, kemudian simbol-simbol yang ada dikepala Teletubies, itu adalah simbol-simbol dasar (seperti bulat, kotak, segitiga atau spiral). Dan dalam acara Teletubies banyak pelajaran yang dapat diambil oleh para balita (tidak seperti dalam acara Spong Dong).

Entah apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang menyukai acara Spong Dong, hingga mereka menyukai kebodohan, ketidakperdulian dan kesalahan yang ada dalam cerita itu. Tapi yang bikin guw salut adalah, orang-orang yang membuat film Spong Dong ini patut diacungin jempol karena mampu merubah pandangan orang tentang hitam dan putih, hitam bisa dibuat menjadi putih, putih bisa disulap menjadi hitam, silahkan pikir sendiri maksud perkataan guw tadi apa, sebab guw juga gag tau maksudnya apa.

29 Des 2009

Empat Sekawan Tiga Ce(bok)

Dulu, waktu guw masih smp, guw dimasukin oleh guru-guru guw dikelas Ce, dari kata Cebok. Kelas satu Ce, kelas dua Ce, kelas tiga pun Ce, semuanya dari kata Cebok. Walaupun sama-sama kelas Ce dari kata cebok, tapi tiap perpindahan kelas guw punya sobat yang berbeda, secara guw orangnya mudah berinisialisasi, jadi guw bisa dapet sahabat baru setiap perpindahan taun. Persahabatan guw yang paling berpesan dan kesan selama guw di kelas Ce dari kata Cebok adalah pada saat guw di kelas III, waktu itu guw sahabatan dengan yang namanya Zannuriansyah, Cut Dina Fitria, dan Farnida Ulfa. Berikut guw akan nyeritain tentang sobat-sobat guw yang sudah guw sebut namanya barusan.

Zannuriansyah, anaknya humoris, berbakat jadi pelawak. Kalau ketemu sama dia bawaannya guw pengen makan terus, eh salah, maksud guw kalau ketemu ama dia bawaannya guw pengen ketawa terus. Zannur seakan tidak pernah kehabisan akal untuk melawak, mungkin kalau dulu dia ikut API (Audisi Pelawak TPI), dia gag akan lolos kali ya, soalnya gag ada yang dukung, secara temannya pada pelit semua sih. Jadi gag ada yang mau buang-buang pulsa buat ngedukung dia. Tapi walaupun anaknya suka melawak, Zannur bisa digolongkan sebagai seorang anak yang cukup pintar, diakhir penutupan tahun dia berhasil menggondol baju, celana dan pakaian dalam dari jemuran orang. Eh, salah lagi, maksudnya, pada akhir penutupan tahun, dia berhasil menggondol juara kelas peringkat ketiga. Guw gag terima kabar lagi dari dia pasca kelulusan SMP, kita menjalani dunia kita masing-masing. Namun setelah bertemu kembali, baru aku tahu, ternyata dia mulai menurun kualitasnya waktu SMA. Peringkat kelas sangat susah dicapainya, ibarat pepatah mengatakan, Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Akhirnya dengan penuh perjuangan, air mata dan darah (darah kayanya engga deh), dia berhasil lulus dari SMA 1 MBO dan masuk ke Universitas Muhhamadiyyah jurusan FKM (Fakultas Kesehatan Masyakarat) dan sekarang sudah diterima bekerja di sebuah kantor Kesehatan di Lho k suma wee (kalau bahasa indonesianya : Loh? Ke suma aja).

Cut Dina Fitria, biasa dipanggil dengan sebutan Cut Nyak. Guw ndiri heran kenapa dia dipanggil Cut Nyak. Anaknya cantik, manis, baik, lucu dan tidak sombong, rajin menabung, royal, pokoknya sosok wanita yang perfectlah menurut guw. Untuk kadar kepintaran, dia agak dibawah Zannur sedikit, tapi diatas guw (perasaan dulu guw yang paling bodoh deh diantara mereka). Sedikit cerita unik dari Cut Dina, ada teman guw namanya Rio Mahendra, anak Padang, tinggi, kurus, jangkung. Rio mempunyai filsafat :Tiada hari tanpa menyatakan cinta pada Cut Dina. Sumpah dulu guw eneg banget liat kelakuan Rio yang ampun-ampunan dalam menarik perhatian Cut Dina. Walaupun ditanggepin dengan dingin sedingin es krim di BTM, tapi Rio tidak pernah menyerah. Itulah perjuangan cinta termemalukan yang pernah guw saksikan dalam idup guw. (Piss Ryo). Usai kelulusan, guw kehilangan kontak dengan Cut Dina, sampai akhirnya pada waktu guw balik ke Aceh, guw terima kabar kalau Cut Dina adalah salah satu orang yang meninggal pada waktu terjadinya Tsunami di Aceh. Hati guw waktu dengar kabar gitu langsung plung, kaya ada sesuatu yang hilang. Teringat kenangan guw ama dia yang manis, saling tuker contekan, dia sering ngegodain guw (inget dulu waktu SMP guw masih polos lugu dan imut, *NARSIS BERAT), inget semua kenangan yang indah dulu, guw rasanya pengen nangis aja, cuman malu dong, mantan preman SMA Insan Kamil masa nangis?

Yang terakhir adalah Farnida Ulfa. Anaknya paling jutek diantara kita berempat. Wuih, galaknya? Kaya induk ayam yang sedang ngejagain anaknya biar gag ikutan selingkuh kaya bapaknya. Tapi untuk urusan bahasa Arab, dia yang paling jago. Anta antuma antunna nya udah mencapai level yang sangat tinggi. Ibaratnya jagoan shaolin, dia udah menamatkan 12 Jurus Arhat Bumi dari Shaolin. Secara dia punya tante itu ada guru bahasa arab dikelas kita (kenapa jadi ambon ngomongnya?), kebetulan keluarganya memang keluarga pengajar bahasa arab, baik ibu maupun tantenya, jadi gag mengherankan kalau dia cukup jago bahasa Arabnya. Terakhir guw denger kabar dia masih kuliah di UNSYAH, cuman guw lupa dia ambil jurusan apa, apa jurusan Blok M-Mampang atau jurusan UKI-Bekasi.

Kemudian the last dari empat sekawan itu adalah guw, tapi gag bakal diceritain disini, sebab guw punya babi-babi khusus (bab-bab khusus maksud guw) untuk nyeritain idup guw.

27 Des 2009

Masjid Dua Alam

“Bulak, Bulak, yang cepet, yang cepet, ayo bu, bulak, yang langsung, yang langsung” sumbang nada para calo berkumandang mesra menawarkan angkutan menyapa telingaku begitu kutapakkan kedua sepasang sepatu Bataku di terminal Branang Siang. Akhirnya, setelah berjam-jam diaduk laut, berhari-hari dilempar terbanting di dalam bus AKAP, Bus Antar Kota Antar Propinsi, aku tiba di Bogor. Kota Hujan, Kota Istana Presiden, Kota Angkot, Kota Tegar Beriman, dan segala macam nama lainnya, namun yang kutahu, kota ini adalah kota dimana pertama kali aku menangisi nasib karena terlahir didunia, kota ini adalah kota dimana pertama kali aku membuang air kecil, kota ini adalah kota yang pernah menerima air mata pertamaku kala aku dijebloskan kedalam dunia. Dua puluh tahun lamanya aku meraup udara menghela nafas di kota ini, ratusan bulan purnama kulewati baik dengan tangis maupun tawa, tetap di kota ini. Namun tuntutan pekerjaan mengharuskanku meninggalkannya untuk sementara, terlempar ke sebuah pulau lain dibelahan Indonesia, Aceh. Lima tahun lamanya kutinggalkan Bogor demi mengejar secarik cahaya untuk menerangi masa depanku nanti. Kini masa kontrakku di Aceh telah selesai, aku pun pulang.
Tak tertahan rasa rinduku bertemu dengan kedua orangtuaku. Lima tahun bukan waktu yang singkat, terpisah dari mereka selama itu membuat hatiku menggembung karena rinduku. Rindu akan deheman ayah karena aku telat pulang dimalam minggu, rindu dengan celoteh riang ibuku yang menang arisan, rindu dengan dengkur ayah setelah menarik angkutan mengukur jalan sepanjang hari, rindu dengan pedasnya masakan sambal lado ibu, rindu, rindu, rindu.
“bulak, a’?” seorang calo menawariku untuk naik kesebuah angkutan. Tanpa pikir panjang langsung kunaiki angkutan tadi, sebab kulihat bangku yang kosong hanya tinggal sedikit, bisa langsung jalan, fikirku. Namun, begitu aku meletakkan kedua belah pantatku dijok tipis mobil tadi, beberapa orang penumpang yang ada di dalam mobil tadi langsung keluar, kurang ajar, ternyata mereka adalah antek-antek calo yang bertugas sebagai penumpang bohongan untuk menampilkan bahwa mobil siap berangkat. Setengah jam lamanya aku terjebak dalam angkutan kota tadi, menunggu mobil hijau dengan angka 03 diatasnya terisi penuh.
Pekarangan itu masih sama seperti dulu. Bunga-bunga tak jelas hias menghias disekitarnya, tak pernah ditanam namun tetap tumbuh. Sebuah mobil angkutan berwarna biru mendekam anggun dipelataran tanda ayah tak sedang mengukur jalan hari ini. Tentu saja beliau tahu ini hari kepulanganku hingga absen dari balapan jalanannya sehari ini.
“Assalamualaikum” kuucapkan nada salam seanggun mungkin, ingin menunjukkan; ini aku pulang dari serambi Mekkah, dengarkan salamku, beda dengan salam kalian.
“wa alaikum salam” suara yang kurindukan pedasnya sambal balado menyambut salamku. Ibu pun keluar dari kamar peraduannya,
“astaghfirullah hal’azim...” teriaknya sambil langsung berlari kedapur begitu melihatku.
Aku kaget, apakah tampangku jadi mirip setan setelah lima tahun mengaji di Aceh? Sampai ibuku lari menghindariku? Atau... fikiranku langsung menari, ragam tanya berlonjak-lonjak dalam sanubari, bingung akan kelakuan ibuku, apakah saking lamanya aku disana beliau sampai tak mengenaliku? Atau dandananku sekarang jadi mirip dengan GAM?
Selang beberapa saat ibu keluar, segera kuraih tangannya, kusalami dengan penuh tafakkur. Betapa rindu aku dengan tangan ini, tangan yang membuatkan sambal balado yang pedasnya menggoyang lidah membuat lupa ingatan.
“Abeb, kapan pulang?” tanya ibu
Eh, tunggu dulu. Bukankah dalam message terakhirku sudah kusampaikan kalau aku akan tiba dirumah hari ini?
“barusan aja nyampe Bogor, mi. Memang Umi gag tau kalo Abeb pulang hari ini?” tanyaku bingung.
“Engga, makanya tadi Umi kaget liat Abeb tau-tau nongol di depan pintu.”
“emang SMS Abeb gag Umi baca?”
“Hape lagi dibawa adekmu ke Jambu Dua, ada yang rusak, jadi untuk sementara Umi gag pake hape” terang Ibu. Aku memanggil Ibu dengan sebutan Umi, bahasa Arab dari Ibu.
“Terus tadi Umi kenapa kaya orang liat setan gitu waktu liat Abeb? Emang tampang Abeb udah kaya teroris sekarang?” tanyaku.
Umi tersenyum mendengarnya, “bukan gitu, tadi waktu Umi sedang setrika baju di kamar, Umi lupa kalau sedang ngegoreng tempe, eh begitu Umi liat ada tamu, baru keinget, untung gag gosong”
“Abi mana, mi?”
“Sedang kenduri di rumah Wak Jarwo, istrinya meninggal”
Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya. Ternyata Abi absen dari balapan jalanan hari ini bukan untuk menyambut kepulanganku, tapi karena ada tetangga yang meninggal.

Pengajian berlangsung hidmat. Di Musholla kecil komplek perumahanku sedang diadakan pengajian Yasin untuk mendoakan almarhum yang baru meninggal agar amalannya diterima oleh Yang Maha Mematikan. Alunan surat Yasin kini terdengar berbeda, sebab lintingan tajwid orang Bogor dengan orang Aceh berbeda. Namun tetap saja, yang dibaca adalah salah satu Surat dari Al-Quran. Seusai pengajian aku iseng-iseng keluar menghirup sejuknya tiupan sendu angin malam Bogor. Rindu aku akan dinginnya terpaan angin gunung salak.
Sedang asik menikmati suasana malam yang hidup dengan lintasan-lintasa pembalap jalanan yang berlomba mencari penumpang demi menghidupkan api kompor mereka esok hari, mataku tertumbuk kesebuah masjid disisi jalan. Nampaknya ada pengajian disana. Aku memang maniak dengan yang namanya pengajian, dimana ada pengajian disitu aku ada, sampai ada anomali seperti itu menghinggapiku. Segera kuarahkan stang sepeda motorku kearah masjid tadi.
Sesampainya dimasjid itu terdengarlah alunan ayat suci Al-Quran menggoyang kalbuku, menghipnotis lidahku untuk mengikuti bacaannya. Setelah sekian lama terpaku mendengar kajian tadi, tiba-tiba salah satu jama’ah pengajian keluar,
“masuk atuh, ikut ngaji disini.” Katanya ramah.
Aku tersenyum lebar, memang ini ajakan yang dari tadi kutunggu. Segera ku ambil wudhu dan bergabung dalam pengajian tersebut. Sungguh tak terlukiskan perasaanku ketika duduk dikarpet masjid itu, puluhan masjid telah kusambangi selama seperempat abad usiaku, tak terhitung pengajian yang aku ikuti selama hayatku menyangga ruhku. Namun ada yang berbeda dengan pengajian kali ini, terasa jauh lebih syahdu, tajwid-tajwid dilinting dengan rapi, bagaikan tetesan madu disarang lebah, sungguh manis memanja jiwa. Hingga jauh malam aku mengaji disana, tepat pukul dua belas malam pengajian dibubarkan, kusalami sang Imam yang memimpin pengajian. Dingin, itu kesan pertama ketika tanganku menjabat tangannya. Dingin namun nyaman, diikuti dengan wangi yang asing bagiku, bukan wangi parfum, bukan wangi sabun, entah wangi apa yang dipancarkan dari tangannya, namun yang jelas, aku yakin kalau ada wanita yang mencium harum tangan itu, pasti wanita itu akan segera jatuh cinta.
Lepas malam itu, rutinlah kuikuti pengajian setiap malam dimasjid itu. Namun yang aku heran, setiap aku melewati perumahan disekitar masjid tadi, aku selalu diikuti pandangan aneh dari orang-orang kampung situ. Satu pertanyaan merasuk benakku, apakah masjid yang aku datangi itu masjid aliran? Masjid yang jama’ahnya berbeda mazhab dari empat mazhab utama? Tapi yang kulihat pada pengajian yang setiap malam kuikuti tak ada yang salah dengan tata cara mereka menyembah Tuhan yang kusembah. Sama, bahkan kulihat nampak mereka jauh lebih syahdu dan khusyu dalam menghadap, seakan mereka melihat langsung Tuhan yang telah menciptakan mereka. Jadi kuacuhkan saja tatapan aneh orang-orang itu, selama aku benar mengapa harus peduli dengan pandangan orang?
Lintingan tajwid yang lembut nan elok menawan dari Imam masjid membuatku ingin mengenal sang Imam lebih jauh, lalu pada suatu malam kuberanikan diri untuk menanyakan rumah sang Imam. Lalu kuputuskan untuk berkunjung kerumahnya esok hari, sebab kalau malam ini sudah tidak mungkin, jarum jam sudah menunjukkan angka dua belas, sungguh bukan hal yang sopan bertamu kerumah orang dikala orang sedang diperaduan mereka.
Esokan harinya, kudatangi alamat yang semalam diberikan sang Imam. tiba dialamat yang diberikan, kuketuk pintu. Selang beberapa saat keluarlah seorang anak, usianya paling baru belasan, yang kuduga cucu sang Imam. Saat melihatku, ia terkejut, mungkin karena aku dikenali sebagai orang yang sealiran dengan kakeknya, lalu ia bertanya dengan takut-takut,
“ada apa ya?”
“ini betul rumah Ajengan Nuh?” tanyaku. Imam yang biasa memimpin pengajian dimasjid itu disebut Ajengan sedangkan namanya sendiri adalah Nuh.
Bocah itu berkerut kening, seakan sedang berpikir, maaf, bukan seakan karena memang ia sedang berpikir,
“bukan, disini gag ada yang namanya Ajengan Nuh.” Katanya yakin.
Aku terkejut, lalu bertanya lagi, “
“ini bener gang Rante nomer 12, khan?” kataku sambil mengingat alamat yang semalam diberikan oleh sang Ajengan.
“iya bener, ini memang gang Rante nomer 12, tapi gag ada yang namanya Ajengan Nuh disini”
Aku semakin bingung, lalu selintas kulihat kedalam rumahnya, ada foto ukuran besar terpampang didinding ruang tamunya, foto Ajengan Nuh.
“kalau gitu, adek tau gag rumahnya Ajengan Nuh?” tanyaku sabar.
“digang sini gag ada yang namanya Ajengan Nuh, A’” katanya
Apa mungkin aku salah dengar semalam? Hatiku bertanya.
“kalau gitu adek tau gag, rumah orang yang ada dalam photo itu dimana?” tanyaku sambil menunjuk photo Ajengan Nuh.
Ia menoleh melihat arah telunjukku, lalu tercenung sebentar, lalu katanya, “ini memang rumah buyut, tapi buyut bukan ajengan Nuh”
Ternyata benar ini rumahnya.
“ooh, itu buyut kamu? Buyut ada dirumah gag?”
Ia menatapku dengan pandangan aneh, seperti melihat orang gila. Lalu ia berkata,
“gelo sia” sambil berkata begitu ia berbalik masuk kerumah dan menutup pintu.
Aku terbengong. Aku dibilang gila? Perasaan aku tak melakukan tindakan apapun yang mengindikasikan kalau aku adalah orang gila, kenapa tiba-tiba anak tadi mengatakan aku gila? Kuketuk lagi pintunya agak keras, tiba-tiba pintu terbuka, seorang wanita paruh baya keluar.
“ibu, maaf, saya mau ketemu Ajengan Nuh” kataku menjelaskan maksud kedatanganku, “Ajengan ada, bu?”
“pergi, pergi. Dasar orang gila.” Katanya sambil mengusirku dengan sapu.
Aku semakin bingung, bukan hanya disangka gila tapi aku juga diusir. Tapi jurus-jurus pukulan Sapu Jagad si ibu tak memberiku kesempatan untuk berpikir, langsung kukeluarkan jurus Kaki Seribu Angkat Kaki meninggalkan si ibu yang berdiri berkacak pinggang bangga.
Malam itu kajiku tak khusyuk. Kesabaranku menari-nari bak berdiri ditengah kobaran api menunggu pengajian usai. Aku ingin bertanya kepada sang Imam kenapa ia membohongiku kemarin, dan kenapa orang menganggapku gila ketika aku mau bertemu dengannya.
Pukul sebelas lima puluh sembilan menit, semenit lagi pengajian selesai. Tak pernah kurang tak pernah lebih dari jam dua belas malam tepat pengajian selalu selesai. Aku merasa setiap detik yang berlalu sangatlah lama, seakan-akan waktu menghianatiku membuatku menunggu lebih lama dari biasanya.
Pukul sebelas lima puluh sembilan menit empat puluh lima detik,
DOR!
DOR!
Suara letupan keras menghambur diikuti robohnya dua orang jema’ah, darah bersimbah dari pakaian putih mereka.
Orang-orang berseragam hijau masuk, pakaian seragam mereka mengingatkanku pada tentara-tentara Jepang yang ada diacara-acara tivi ketika hari kemerdekaan. Ini bukan bohongan, aku tahu itu, sebab aku pernah mengikuti sebuah acara pementasan mengenai perlawanan bangsa Indonesia terhadap bangsa Belanda dan Jepang, seragam yang mereka kenakan sama, orang yang baru masuk ini dan orang yang melakonkan penjajah Jepang dipementasan itu. Tapi walaupun seragam yang mereka kenakan sama, ada aura berbeda dari orang-orang yang baru datang ini, aura pembunuh yang sangat kental.
Duak!! Sebuah sepatu laras panjang mampir dipipiku, membuat mataku nanar, diikuti dengan suara-suara tembakan melengking-lengking dari senapan yang disandang orang-orang berseragam hijau. Para jama’ah satu persatu tersimbah darahnya, memerahkan pakaian mereka yang putih. Tak sempat kepalaku untuk mencerna apa yang sedang terjadi,
DOR!
Sebuah timah panas bersensasi dingin menembus dadaku, tepat mengenai jantungku, menghancurkannya, menghentikan peredaran darah nadiku. Pandanganku mulai gelap, rasa sakit yang teramat sangat datang, ternyata ini yang namanya sakaratul maut, sakitnya sungguh tak tertahankan. Perih, pedis, sakit, gatal, segala macam rasa yang menyiksa kini hadir secara serentak dalam skala yang jauh lebih besar dari apa yang pernah aku alami. Hingga rasa sakit itu hilang, kesadaranku pun mulai terbang.



Radar Bogor Edisi Sore, Sabtu 12 Desember 2012
Pemuda Gila Mati Ditembak
Seorang pemuda berinisial SMA ditemukan mati disebuah masjid tak terpakai di gang Rante, Gunung Batu, Bogor. Diperkirakan pemuda tersebut telah tewas pada Jumat malam, mayat ditemukan oleh warga pagi harinya. Setelah diselidiki oleh pihak kepolisian, diduga kematian pemuda tersebut disebabkan oleh tembakan yang tepat mengenai jantungnya. Namun anehnya, walaupun tertembak tepat dijantungnya, polisi tidak berhasil menemukan peluru yang menghabisi nyawa sang pemuda tersebut. Diketahui dari warga setempat, pemuda tersebut adalah seorang pemuda yang kurang waras yang sering datang ke komplek tersebut beberapa hari terakhir.
“ia, dia gila. Dia pernah dateng kerumah mau ketemu sama kakek saya yang udah mati waktu jaman penjajahan Jepang.” Jelas Nurimah, seorang warga yang pernah didatangi rumahnya oleh korban.
Menurut warga, pemuda tersebut datang kekomplek mereka setiap malam lalu duduk di sebuah masjid peninggalan jaman penjajahan Jepang yang akan dirubuhkan dan baru pergi dari masjid tersebut setelah pukul dua belas malam.
“awalnya kita sangka dia sedang nyari wangsit buat nomer togel, soalnya tiap malem dateng dah gitu duduk sendirian dimasjid yang gag kepake, kalo bukan nyari nomer togel ngapain lagi atuh?” tambah Nurimah.
Pihak kepolisian sendiri sampai saat ini masih melakukan penyelidikan terhadap pembunuhan yang terjadi di Masjid yang rencananya akan dibongkar hari ini, namun dibatalkan karena pihak polisi masih memeriksa tempat kejadian.
“kita akan usut kasus ini sampai tuntas, kami berjanji akan menemukan pembunuhnya dan memberinya hukuman yang seadil-adilnya,” janji Kapolsek Polresta Bogor saat ditemui terkait kasus pembunuhan tersebut.

13 Des 2009

Anak Itik yang Buruk Rupa (Lebai Version)

Sebuah biografi yang mengharukan.
Ditulis dengan penuh perasaan.
Membuat yang membaca meneteskan air mata.




Singkat kata, LEBAY

Pada zaman sekarang kala (gag mau pake kata dulu kala, udah bosen) hiduplah seorang anak itik yang buruk rupa. Kita sebut saja namanya Said Muhibi (bukan nama samaran) Kulitnya hitam seperti Alan Smith, rambutnya kriting seperti Michael Jackson, badannya pendek seperti Lionel Messi, hidungnya besar seperti Jacky Chan, pendeknya dia adalah anak itik yang buruk rupa (kalo perbandingannya kaya gitu, buruk rupanya dimananya???). Don’t jadje de buk from de kaper, jangan menghukum buku dengan kamper. Pepatah itu mengingatkan, janganlah memandang sesuatu hanya dari segi luarnya saja, tapi juga pandanglah sisi dalamnya (anda bingung? Sama) anak itik yang buruk rupa ini hidup dalam lingkungannya, bukan lingkungan kamu, atau lingkungan dia atau lingkungan mereka, tapi dilingkungannya. Ia mempunyai mimpi, ia ingin menjadi itik yang paling kuat, paling disegani, kalo berantem tak pernah kalah. Namun apalah daya, maksud hati ingin memeluk gunung, malah ditampar ama yang punya gunung (ngeres,,, ngeres,,,), keinginan besar, tenaga tak ada. Badannya lemah, seperti orang kurang gizi, padahal tiap hari dikasih makan empat sehat lima sempurna ama majikannya, kadang-kadang dikasi tambahan sebiji obat nyamuk buat menambah kekebalan tubuh, tapi entah mengapa, badannya tetap lemah (itulah yang namanya takdir). Selain badannya lemah, nyalinya juga kecil. Takut ini takut itu. Akhirnya ia hanya bisa bermimpi, hingga tibalah saat itu. Seorang biksu dari Shaolin datang dan memberinya pelajaran kung fu tingkat tinggi, latihan demi latihan ia jalani dengan sepenuh hati, Genta Emas level sembilan telah ia kuasai

CUT!!! CUT!!!! Kenapa jadi cerita silat??? Benang merah, benang merah.

Selain badannya lemah, nyalinya pun kecil. Takut ini takut itu. Akhirnya ia hanya bisa bermimpi, hingga tibalah saat itu ia menemukan sebuah buku yang sangat sakti, buku yang luar biasa, mencakup banyak pelajaran kung fu tingkat tinggi, itulah buku KOMIK TIGER WONG! Ia mulai membaca komik tersebut dan semakin larut dalam mimpinya menjadi jagoan tanpa tanding. Akhirnya ia bisa mewujudkannya. Awalnya hanya iseng saja. Pertama ia mengambil sebuah kertas kosong, lalu ia meraih pena (kalo ada yang gag tau pena, pena itu sama dengan pulpen) dan, SRET, terdengar suara, lalu, SRET, SRET, SRET, BROT, CRET, DUT, PRET PRET PRET.

CUT!!! CUT!!! Ini ceritanya sedang bikin gambar, bukan sedang berak dicelana.

Sret, sret, sret, dia goreskan penanya di atas kertas. Lalu hasilnya, dengan puas ia pandangi, sebuah gambar tokoh jagoan telah ia hadirkan dikertas. Tunggu dulu, kalian pasti penasaran kan, kenapa dengan hanya tiga kali sret bisa jadi gambar orang? Karena kalo ditulis semua sret – nya bisa abis tinta komputernya cuman buat ngetik kata sret. Lalu tiba-tiba
“gambarin gue dong,” satu suara nyeletuk didekatnya. Setankah itu? Atau malaikat? Hingga ketika ia datang tak terdengar suara apapun? Bukan. Ia bukan setan ataupun malaikat, hanya saja ia memang sejak tadi duduk disitu, bahkan sebelum si anak itik buruk rupa mulai mencret dicelana, maksudnya mulai menggambar, ia sudah duduk disitu.
“oke, bentar gue gambarin lu” kata si itik buruk rupa, sebut saja namanya Said (bukan nama samaran)
“otot gue six pek ya” kata suara tadi. (penggunaan bahasa telah didubbing sesuai dengan ejaan dan bahasa gaul nasional) Setelah diselitiki (pake “d” bukan “t”) ternyata asal suara tadi dari seorang teman si itik buruk rupa yang cukuplah kita panggil dengan nama Haris Maidi (bukan nama samaran).
SRET, SRET, SRET, BROT, CRET, DUT, PRET PRET PRET, selesailah gambar si Haris tadi, lalu berturut-turut bagaikan orang antri sembako datanglah teman-temannya yang lain dan memintanya membuatkan gambar diri mereka dalam bentuk kartun. Akhirnya si anak itik yang buruk rupa pun berhasil mendapatkan mimpinya, ia menjadi jagoan yang tak terkalahkan, mempunyai banyak anak buah, berpetualang ke tempat-tempat terlarang, walaupun semua hanya dalam alam khayal bocah-bocah itu. Tiga tahun lamanya ia melakukan kegiatan tersebut, hingga organisasi mereka terendus oleh para guru. Lalu dengan sebuah operasi yang telah direncanakan dengan matang, para guru mengakhiri kegiatan gambar-menggambar mimpi tersebut. Operasi tersebut berjalan dengan sukses. Anggota-anggota organisasi yang terlibat didalamnya mau tak mau harus menghentikan kegiatan mereka. Operasi tersebut dinamakan UJIAN NASIONAL!!! JRENG JRENG JRENG JRENG.
Tamat sudah karirnya sebagai jagoan tak terkalahkan, sejalan dengan selesainya ia menuntut ilmu dibangku Sekolah Dasar. Ia pun diterima disebuah SMP ternama di kotanya, sebut saja SMP tersebut dengan sebutan MTsN Model 1 Meulaboh (nama dan tempat sengaja dirahasiakan, jadi tidak ada yang tahu kalau MTsN Model 1 Meulaboh ada di Aceh Barat). Disini ia kembali menjadi anak itik yang buruk rupa, tapi banyak temannya. Ada Zanur, Faisal, Adi, Sofyan, Rahmat dan teman-teman lainnya (yang gag disebut jangan marah, gue lagi gag pegang buku absen). Selama tiga tahun bersekolah di SMP ini, tak ada sesuatu yang bisa ia hasilkan. Karena memang ia malas berusaha. Bahkan untuk berbuat nakal saja ia sudah malas, apalagi berbuat baik, tambah malas lah dia. Tiga tahun terbuang percuma. Sungguh patut dikasihani (mulai deh lebai).
Akhirnya semua berubah ketika suatu kabar datang. Kakaknya diterima masuk di sebuah perguruan silat negeri ternama (Perguruan Tinggi Negeri, kebanyakan baca Wiro Sableng nih) di Bogor, ia dan keluarganya pun pindah ke Bogor. Sesampainya di Bogor, si anak itik yang buruk rupa tidak mampu beradaptasi, sampai akhirnya ia dideportasi, apalagi badannya bau terasi, walaupun dia tidak suka asi, tapi makanannya tetap nasi, sungguhpun sudah basi, tapi tetap asi(k) –ujungnya maksa.
Satu tahun lamanya ia mencoba beradaptasi di sekolahnya yang baru. Disini ia dipisahkan dari kegemarannya (note: sebenernya ini rahasia super rahasia, kegemaran si itik yang buruk rupa –said- adalah : wanita cantik, ingat ini rahasia, jangan sampe ada orang yang tahu).
Sekolah yang ia masuki punya peraturan yang sangat aneh. Kelas cewek sama cowok dipisah.
Kamar mandi cewek-cowok dipisah? Wajar.
Ruang ganti cewek-cowok dipisah? Wajar.
Kamar tidur cewek-cowok dipisah? Wajar.
Ruang kelas cewek-cowok dipisah? KURANG (w)AJAR (w nya boleh dibaca boleh tidak, tapi untuk efek yang lebih dramatis silahkan huruf w nya tidak usah di baca)

Terpisah dari wanita membuatnya merana, hingga ia terkena sebuah penyakit langka yang hanya ia sendiri yang mengalaminya, nama penyakitnya adalah….
Jreng jreng jreng jreng (efek musiknya tegang)
Nama penyakitnya adalah….
Jreng jreng jreng jreng (musik tambah tegang)
Nama penyakitnya adalah….
Vertigo!

Terdengar suara nafas tertahan penulis, menuliskan nama penyakit langka ini sungguh membuatnya merasa perih. (lebai deh)
Ia mencoba mengobati luka hatinya karena dipisahkan dari mahluk yang ia sukai dengan cara menjadi anak nakal. Ia menjadi preman. Tiap hari datang ke sekolah dengan dagu terangkat, tangan dikantong, pandangan mata sinis dan merendahkan, pendek kata dia menjadi seorang preman baru. Menjadi preman ternyata tidak asik. Akhirnya ia berhenti jadi preman dan mulai menjadi pemalas (bukannya dari dulu emang udah pemalas ya???).
Setengah tahun lamanya ia duduk di kelas satu SMA, nilai-nilainya standar, bahkan bisa dibilang jelek. Akhirnya ia bertekad untuk berubah, ia angkat tangannya ke atas, lalu dengan cepat diturunkannya, dipegangnya ikat pinggangnya dan lalu berkata “Berubah!!!”

CUT!!! CUT!!! Emangnya ini cerita Satria Baja Hitam? Benang merah, benang merah.

Setengah tahun lamanya ia duduk di kelas satu SMA, nilai-nilainya standar, bahkan bisa dibilang jelek. Akhirnya ia bertekad untuk berubah, ia mulai belajar sedikit demi sedikit. Seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit lama lama menjadi sedikit. Berakit-rakit ke hulu berenang renang ketepian, usahanya membuahkan hasil. Akhir tahun ia berhasil menduduki peringkat tujuh di kelasnya.
Naik kelas dua.
Awalnya ia hendak dimasukkan dalam kelas IPA, karena melihat nilainya yang semakin lama semakin baik. Namun sayangnya si anak itik yang buruk rupa ini memilih untuk masuk ke kelas IPS, karena ia merasa bakatnya sebagai tukang kredit sudah ada sejak dulu ia menjabat sebagai sekretaris arisan dikelasnya. Tak ada orang yang bisa lolos dari sergapan tagihannya. Akhirnya dengan alasan pelajaran ekonominya lebih kuat dari pelajaran kimianya, si anak itik yang buruk rupa masuk ke kelas IPS. Disini emang bener ia bisa mengembangkan kemampuan tagih menagih hutangnya (ekonomi dan akuntansi). Sebenarnya masuk kelas IPS ini sudah cukup baik, karena pelajaran IPA yang diberikan sudah tidak sebanyak pelajaran IPA di kelas IPA (ya iyyalah,,, cuman orang bego aja yang gag tau). Walaupun sudah masuk kelas IPS mereka tetap harus mempelajari tentang IPA sedikit-sedikit. Ada cerita unik tentang pelajaran IPA ini, biologi yang merupakan salah satu mata pelajaran IPA waktu itu kebetulan diajar oleh seorang guru yang luar biasa cantik sangat sekali banget banget. Si itik yang buruk rupa pun jatuh cinta pada guru tersebut. Demi mendapatkan perhatian guru tersebut ia rela mempelajari tentang biologi terutama bagian reproduksi sampai mendalam. Dibela-belainnya ngerjain LKS sendirian dengan kemampuan sendiri, padahal biasanya dia kalau ngerjain LKS IPA pasti minta bantuan anak IPA. Namun sayang, cintanya bertepuk sebelah tangan. Sang guru tidak ada rasa sedikitpun padanya. Ia pun patah hati, patah semangat, patah tulang, dan bergoyang patah-patah. Namanya juga orang yang berpikiran sempit, ia menjadi membenci guru tersebut karena guru itu tak membalas cintanya. Nilai-nilai IPA nya semakin anjlok. Kalau dulu nilai kimianya 4, sekarang hanya satu angka di atas angka 3, kalau dulu nilai biologinya 8, sekarang tak lebih dari kursi terbalik, kalau dulu nilai fisikanya lima, sekarang nilai fisikanya menjadi dua setengah kali dua. Pokoknya nilainya semua turun, terutama nilai biologinya yang semakin jeblok, hingga semua orang bertanya-tanya, Ada Apa Denganmu, by Peter Pan.

Sudah lupakan semua
Segala salahku,
Dan bila kau tetap bisu

CUT!!!! CUT!!! Kenapa jadi nyanyi? Benang merah, benang merah.

Sejak cintanya ditolak, ia jadi semakin menutup diri, semakin menganggap dirinya yang paling hebat, secara dia adalah rangking satu dikelasnya (*bangga mode: on) banyak teman sekelas yang sirik kepadanya, terutama Yusuf dan Smith (bukan nama samaran). Yusuf yang dijuluki mbah Dukun (kalau anak itik adalah anak itik yang buruk rupa, maka Yusuf adalah anak itik yang amat sangat buruk rupanya) mempunyai otak yang lumayan. Dia tidak puas selalu rangking tiga (rangking dua dipegang oleh teman sebangku si anak itik). Dia selalu berusaha menjatuhkan si anak itik yang buruk rupa. Apa bila ada diskusi, maka si anak itik yang buruk rupa pasti di cecar dengan pertanyaan-pertanyaan maha sulit (rese emang si yusup tu, dasar mbah dukun). Tapi untungnya, si anak itik yang buruk rupa mengantongi sebuah jimat yang membuatnya selalu berhasil mendapatkan nilai tertinggi dikelasnya, jimat itu didapatnya langsung dari Tuhannya, pegangannya disetiap masalah, pasti dia menggunakan jimat tersebut. Jimat tersebut dia sebut dengan nama OTAK. Ada lagi satu orang namanya Anis Fauda Smith, jangan lihat namanya Anis lalu dia itu perempuan, dia adalah seorang lelaki sejati. Wajahnya lumayan ganteng, badannya tinggi, turunan arap, namun entah kenapa dia selalu sirik pada si anak itik yang buruk rupa. Si anis ini selalu berusaha mempropokasi si anak itik yang buruk rupa, tapi untungnya si anak itik yang buruk rupa ini terlalu polos untuk menanggapi propokasi si anis ini, hingga pertumpahan darah bisa dihindarkan. Namun, Anis tak pernah mau menyerah (kaya lagu De Masip, Jangan Menyerah), pada suatu ketika ia menyuruh seorang temannya untuk menghajar si anak itik yang buruk rupa. Perkelahian pun tak dapat dihindari. Anis sudah memperhitungkan kekuatan temannya ini dan ditambah dengan dirinya sendiri, mereka berdua bisa membuat si anak itik yang buruk rupa ini babak belur. Namun anis melupakan sesuatu, si anak itik yang buruk rupa ini memiliki teman yang baik, namanya Togar (nama aslinya Ferdianto, biasa dipanggil Togar). Berdua dengan Togar (cie cie, yang lagi duaan ama Togar… mesranya,,, cuit cuit)
Hus!
Maksudnya berdua dengan Togar si anak itik yang buruk rupa menghadapi Anis dan temannya. Perkelahian berlangsung seru, kedua belah pantat, maksudnya kedua belah pihak sama-sama mengeluarkan jurus-jurus andalannya, Anis dengan Jurus Onta Onani, Togar dengan jurus Gajah Bermain Air, teman Anis dengan jurus burung Belibis Sekarang Beli Mobil dan si anak itik yang buruk rupa dengan jurus Bebek Berenang di Kolam tapi Kolamnya Dangkal. Debu debu berterbangan, darah bermuncratan, jerit tangis dan derai air mata membasahi bumi Palestina. Sungguh biadab orang-orang Zionis Israel. Marilah kita berdoa untuk saudara-saudara muslim kita di Palestina, agar mereka cepat mendapatkan kembali tanah mereka dan para Zionis itu segera angkat kaki dari Bumi Palestina. Amin

CUT!!! CUT!!! Kenapa jadi ceramah ini? Benang merah, benang merah.

Perkelahian berlangsung alot, imbang, tak ada yang menang dan tak ada yang kalah. Akhirnya perkelahian tersebut dipisahkan oleh teman-teman sekelas mereka. Untungnya anak sekelas pada kompak, jadi masalah perkelahian tersebut tidak sampai terendus oleh para guru. Sejak saat itu, kelas IPS pun terbagi dalam empat kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok anak itik yang buruk rupa, sebagai orang yang tertindas dan teraniaya (lebai deh), lalu kelompok kedua adalah kelompok Yusuf, kelompok yang berniat mengakhiri masa-masa si anak itik yang buruk rupa sebagai rangking satu, kelompok ketiga adalah kelompok anis, yang selalu mencari kesempatan untuk menghajar si anak itik yang buruk rupa, sedangkan kelompok ke empat adalah kelompok netral, mereka tidak berpihak kemanapun juga tidak bermusuhan dengan pihak manapun. Diakhir tahun kedua ini, si anak itik yang buruk rupa mendapat kehormatan, ia diangkat menjadi Wakil Ketua OSIS. Dengan slogan 100% halal, pilih Said Teu Ereun-Ereun, tim kampanye anak itik yang buruk rupa berhasil menempatkan dirinya dalam jajaran tim elit OSIS.
Kelas tiga, tahun terakhir.
Tahun terakhir di SMU, kini ia sudah menemukan banyak pengikut baru (siswa-siswa baru), namun musuhnya pun semakin gencar ingin menjatuhkannya, termasuk salah satunya adalah musuhnya dari kelas IPA. Namanya Tri Dika Sudarmaya. Tri tak puas hanya menjadi OSIS seksi Olahraga, dia ingin menjadi Wakil Ketua Osis, akhirnya dengan segenap cara-cara licik yang ia lakukan, si anak itik yang buruk rupa berhasil ia singkirkan dari jajaran elit OSIS dan ia diangkat menjadi Wakil Ketua Osis. Tak hanya sampai disitu saja, Yusuf, Tri dan Anis terus menerus memberikan telor (teror maksudnya) kepada si anak itik yang buruk rupa, salah satunya adalah dengan mengintimidasi (tahukah anda arti dari mengintimidasi? Apabila ada yang mengetahui harap beritahu kepada saya, karena saya tidak tahu apa artinya, terima nasi) salah satunya dengan cara mengintimidasi teman dekat si anak itik yang buruk rupa, yang masih duduk dikelas satu, namanya Permana (bukan nama samaran). Tapi anak itik sekarang bukanlah anak itik yang dulu, bukan anak itik yang penakut dan berjiwa kerdil seperti dulu. Ia sudah berubah, pengalaman selama setahun penuh ditelor (teror!) membuatnya tahu langkah-langkah apa yang harus ia ambil untuk melindungi persahabatannya dengan Permana. Merasa tak cukup dengan telor yang mereka berikan setiap hari, geng Anis dan Tri (Anis dan Tri adalah teman akrab) menyusun rencana yang sangat amat luar biasa dan tidak terbayangkan keji. Mereka menyembunyikan handphone milik ketua kelas lalu memfitnah si anak itik yang buruk rupa mengambilnya.
“eh, loe ternyata maling ya!” bentak Anis dengan gaya jagoan kampung (emang tampangnya juga tampang anak kampung. Puas gue ngatain loe sekarang Nis, mampus loe, dulu loe berani karena dikampung loe sendiri di Bogor, sekarang loe nyari gue juga gag bakal ketemu, akakakakakakakakakakak)
“maksud loe apaan?” anak itik keheranan, tiba-tiba orang datang nuduh dia maling. Tiba-tiba dia teringat, memang selama ini dia telah berhasil mencuri hati banyak cewek-cewek, tapi itu kan bukan suatu kejahatan yang harus dituduhkan (anda ingin muntah membacanya? Silahkan, saya sudah muntah duluan dari tadi).
“gag usa pura-pura gag tau deh loe! Loe yang ngambil enpon si Asep kan? Ngaku loe!” semprot Tri, emang lah ya, orang keren banyak musuhnya.
“heh! Gue emang miskin, tapi gue masih bisa bedain mana barang orang mana barang gue, dan gue gag bakal ngambil barang yang bukan barang gue! Ngerti loe!” anak itik menjawab tegas.
“heh, kita punya bukti kalo loe yang nyuri! Loe gag usah mangkir deh!” Anis sewot
“oh, bukti? Mana buktinya?”
Sepulang sekolah, Anis dan Tri mengajak gengnya membawa si anak itik yang buruk rupa dan Permana menemui seorang paranormal. Sesampainya di rumah paranormal tersebut, (cerita ini nyata, bukan rekayasa) si anak itik yang buruk rupa melihat sang paranormal sedang melakukan tapa brata. Matanya terpejam, tubuhnya rileks, nafasnya teratur, ia duduk bersila dengan tasbih ditangannya.
“assalamualaikum,” Anis mengucap salam
“waalaikumsalam” seorang cewe keluar menyambut kami
“iyeu, urang jeng batur teh arek ketemu pak kiai, arek ngomongin masalah nu kamari tea the” kata Anis dengan bahasa Sundanya yang paseh.
“oh, kitu. Sekedeng nyak, asup heula atuh akang” kata si mbak mempersilahkan kita masuk
Setelah kami semua masuk, perlahan si cewek tadi menghampiri sang kiai, nampaknya sang kiai sangat khusuk dalam tapanya hingga tak menyadari kehadiran kami.
“pak, pak, bangun pak, etah aya batur neangan bapak” kata si cewek sambil menggoyang tubuh si kiai.
GUBRAGH!!!! Ternyata kiai itu tidur sambil duduk! Kirain tadi semedi kek atau bertapa kek, rupanya tidur.
Singkat cerita si kiai bangun, lalu mereka (Anis, Tri dan gerombolannya menyalami si kiai)
“gini pak, kami kesini mau nanya masalah hape teman kami yang hilang kemaren pak” kata Anis sambil matanya menatap si anak itik, kalau saja pandangan mata bisa membunuh, maka… semua orang akan memakai kaca mata hitam kaya Cyclops dong.
“oh, ya ya” kata kiai, kepalanya manggut-manggut, facenya masih ngantuk, meler kaya orang mabuk, (kok jadi lagu Saykoji????)
“ia pak, kami mau tahu siapa orangnya yang udah ngambil hape teman kami pak” eh, si Permana nyamber aja kaea bensin.
Si kiai terlihat agak termenung sedikit, tampangnya persis seperti tampang pasien penderita sakit gila, sungguh membuat suasana menjadi tegang.
“dia duduk di kursi sebelah kanan kelas, disamping jendela. namanya sa it,” terang si dukun salah baca naskah. Terlihat muka anis dan tri pucet kaya abis mencret setahun penuh. Semua yang dikatakan si dukun membuktikan bukan si anak itik pelakunya, namanya aja said bukan sa it, terus dia duduk bukan disamping jendela, tapi tepat di tengah tengah kelas, sebelah kiri pula. Dengan penuh kemenangan si anak itik menatap wajah-wajah habis mencret disekelilingnya. Permana yang melihat keadaan menguntungkan untuk si anak itik tak mau kehilangan momen, ni orang emang gag mau kehilangan apa pun, kentut aja sebisanya dia tahan, biar gag kehilangan pasokan gas, katanya.
“terus pak, sekarang hapenya udah di jual apa belum ama tu orang?”
Si dukun yang belum sadar kalau dia salah baca teks menjawap dengan pe de,
“rencananya sebentar lagi dia mau jual, sekarang dia mau pergi ke Warung Jambu buat jual tu hape”
“kalau gitu kita permisi dulu ya pak, kita duluan yuk na.” kata si anak itik mengajak Permana pergi dari tempat tersebut, puas dia, Tuhan masih memberikan perlindungan padanya. Jebakan yang dirancang musuh-musuhnya hancur oleh keteledoran si dukun. Pesan moral : kalau jadi dukun, sering-seringlah baca teks, jadi kalau sudah mulai take gag bakal di CUT sama sutradara.
LULUS! Keterima di IPB! Lempeng bener jalan si anak itik. Saat UAN dan UN si anak itik tidak perlu berusaha keras, tapi nilai kelulusannya adalah yang tertinggi di kelasnya. Saat orang lain sedang sibuk belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi, si anak itik dengan santai menikmati liburannya, karena dia sudah keterima masuk di IPB. Dihabiskannya liburannya dengan latihan intensip basket, lalu sebulan kemudian dia diangkat menjadi asisten pelatih basket di sebuah SMA swasta di Ciampea. Sebulan lamanya dia menjadi asisten pelatih di SMA tersebut, lalu tibalah masanya ia harus berpisah dengan anak-anak didiknya itu, karena sebuah tugas yang harus ia lakukan dan tak dapat ditinggalkannya, walaupun hatinya sangat berat untuk meninggalkan kegiatan mengajar basket yang sangat ia gemari, namun apalah daya, bangku kuliah telah memanggilnya.
Awal masuk kuliah, ia berkenalan dengan seorang gadis cantik bernama Rifi (bukan nama samaran), sebenarnya dalam hati mereka sudah ada kecocokan dan saling ketertarikan, namun sayang seribu tiga, hayo sayang anak sayang anak, sayang seribu tiga seribu tiga

CUT!!! CUT!!! Kenapa jadi jualan barang? Benang merah, benang merah.

Namun sayang seribu sayang, pengalaman si anak itik di dunia ini masih sangat cetek, ia masih belum bisa melupakan trauma saat ia masih dikekang di SMA Insan Kamil, hingga perasaan mereka pun padam tanpa adanya tindakan dari si anak itik. (kalau diingat, sampai sekarang masih terasa nyesel). Selanjutnya si anak itik berkenalan dengan Desi, Kiki, Putri, Regina dan Ena (masing-masing nama tidak disamarkan, guna melindungi orang-orang terkait). Mereka pun bersahabat, namun sayangnya, persahabatan mereka hanya sekedarnya saja, bukan persahabatan yang sejati (note: ternyata si anak itik dekat dengan geng tersebut karena suka sama Desi, Desi pun suka sama si anak itik) akhirnya karena minimnya pengalaman si anak itik, Desi pun menyerah untuk mendapatkan si anak itik, begitupun si anak itik yang bodoh, akhirnya hubungan mereka hanya tak lebih dari sahabat saja. Satu tahun lamanya ia duduk di bangku kuliahan di IPB jurusan Komunikasi dengan NIM J3A105072 (haha, masih hapal gua), begitu IPKnya keluar, ia sangat terkejut, IPKnya sangat rendah, hanya 2,85! Akhirnya ia putuskan untuk meninggalkan geng tersebut yang ia anggap tidak bisa membantunya dalam belajar malah hanya membuat ia semakin malas.
Tahun ke dua ia bergabung dengan sebuah geng yang di huni oleh sepuluh wanita muda (halah, ketauan deh suka ama daun muda) mereka bernama :icha, ajeng, anggi, mona, nadya, imel, rindang, yanti, ratih dan ina. Bersama mereka si anak itik mendapat nama baru, yaitu Freak and Blakacuters. Bersama Blakacuters, nilai-nilai si anak itik mulai membaik, pergaulannya pun mulai luas, dan ia pun mulai melupakan masa-masa traumatik di SMAnya. Semua itu berkat Icha, yang memotori dan menyemangati si anak itik untuk belajar dan belajar (makasih cha, emang lah kalo gag ada luw guw gag tau deh nasip nilai guw di kuliahan kaea gemana).
Tahun ketiga, si anak itik mulai mencari pekerjaan tambahan untuk menghasilkan penghasilan tambahan sebab adanya mata kuliah tambahan yang diberikan oleh dosen untuk nilai tambahan, selain itu ada juga pengeluaran tambahan, (silahkan hitung berapa kali saya mengatakan kata tambahan dalam kalimat tadi, dan jawabannya adalah…..



Saya tidak mengatakan kata tambahan, saya menuliskan kata tambahan, jadi jawabannya adalah tidak ada, bagi anda yang sudah menghitung saya ucapkan terima kasih, Piis, damai)
Akhirnya ia diterima bekerja paruh waktu di Toms Net, lalu ia bertemu dengan,
Jreng jreng jreng jreng….
Musik romantis ceritanya nih
Cinta pertamanya, namanya Veby Theresia Kristiandi (bukan nama samaran). Kisah cintanya seperti kisah cinta yang ada disinetron-sinetron, hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua si cewek karena perbedaan derajat mereka, terutama agama mereka yang berbeda. Namun si anak itik tetap nekat, sekarang dia sudah bukan anak itik yang dulu, yang kalau dilarang bakal berhenti, sekarang dia adalah anak itik yang kepalanya baru terbentur truk, korslet, melakukan apa yang ia ingin lakukan tanpa memperdulikan orang lain. akhirnya hubungannya dengan cewe tadi berakhir dengan menyedihkan, cewe tadi terang lebih memilih keluarganya dan memutuskan untuk meninggalkan si anak itik yang buruk rupa tersebut, seperti juga sinetron, anak itik sampai menangis tersedu-sedu ketika diputusin sama cewe tadi (kasian deh loe).
Setelah itu si anak itik berubah liar, brutal dan nakal. Ia tak lagi pandang bulu (memang dulu bulu siapa yang dipandang? Mencurigakan nih). Semua cewe yang lumayan bening dan mulus pasti diincernya, namun kebanyakan gagal, tapi anak itik tidak putus asa, ia ingat pepatah mengatakan kegagalan adalah keberhasilan yang tak terjadi (tertunda,) jadi ia terus bergerilya dalam mencari pacar.
Kelulusan. Setelah lulus, ia mulai serius dalam meningkatkan feromonnya (anda tahu arti kata feromon? Saya tidak, cuman karena keren aja saya masukin kata itu disini). semua hal yang berhubungan dengan peningkatan kejantanan dilakukannya, mulai dari start main basket lagi, ikut fitness, berenang tiap minggu, belajar komputer, pokoknya semua yang cowo banget lah dilakukan si anak itik yang buruk rupa ini (kembali lagi membahas bulu, sebenernya ini sedang membicarakan si anak itik atau membicarakan bulu sih?). tak percumalah usahanya, kini ia sudah berubah, ia bukan lagi si anak itik yang buruk rupa, kini ia sudah menjelma menjadi itik dewasa yang buruk rupa (gubragh!)

CUT!!! CUT!!! Salah statement!

Tak percumalah usahanya, kini ia sudah berubah, ia bukan lagi si anak itik yang buruk rupa, kini ia sudah menjelma menjadi seekor angsa, bukan angsa sembarang angsa, tapi raja angsa, anggun nan berwibawa (ngomongin siapa nih?)
Sekarang ia sudah kembali ke kota asalnya, kota tempat kelahirannya, akankah ia tetap menjadi angsa? Atau ia akan kembali menjadi anak itik yang buruk rupa seperti dulu ia meninggalkan kota ini?

Tunggu tanggal mainnya!!!!

Anak Itik yang Buruk Rupa

Cerita ini tak akan dimulai dengan kalimat “Pada zaman dahulu kala” karena cerita ini bukan cerita dongeng, melainkan sebuah realita tentang seorang anak manusia yang serupa kisah hidupnya dengan anak itik yang buruk rupa. Pada zaman sekarang ini, hiduplah seorang anak itik yang buruk rupa. Kulitnya hitam, rambutnya kriting, badannya kurus pendek, giginya besar dan kuning, wajahnya berbintik-bintik menyeramkan. Don’t judge book from the cover, kata pepatah, jangan menghakimi buku hanya dari sampulnya saja, tapi lihatlah isi dalamnya. Maksudnya adalah, jangan melihat sang anak itik dari rupanya saja, namun lihatlah jiwanya. Namun sayangnya pepatah tersebut tidak berlaku untuk si anak itik yang satu ini. Selain buruk rupa, jiwanya pun kerdil dan sempit. Sifatnya pengecut dan cengeng. Ia hanya berani terhadap yang lebih lemah namun menciut saat bertemu yang lebih kuat. Ia pun bermuka dua.
Badannya lemah, cita-citanya tinggi. Ia ingin menjadi itik yang paling kuat, itik yang paling disegani, itik yang paling ditakuti. Tapi ia sadar, hal itu tidak akan pernah bisa terjadi. Ia hanya seekor anak itik yang buruk rupa dan lemah. Akhirnya, untuk melampiaskan mimpinya, ia membuat sebuah sketsa, gambaran dalam dongeng, dimana ia menjadi pemimpinnya, ia menjadi seekor angsa, bukan hanya itik, tapi angsa. Angsa yang memerintah semua angsa. Anak-anak itik lain yang melihat sketsanya menjadi tertarik dan memintanya agar membuat sketsa tentang diri mereka, dimana mereka memiliki kemampuan seperti dewa-dewa. Si itik buruk rupa pun dengan senang hati memenuhi permintaan mereka. Ia sekarang menjadi raja angsa diantara angsa-angsa mimpi. Anak itik tersebut telah menemukan kumpulan itik lain yang menemaninya bermimipi. Akhirnya mereka terus bermimpi dan terus bermimpi tanpa memandang lagi kenyataan, dan akibatnya mereka semakin tertinggal dari para anak angsa. Anak-anak angsa tersebut tak hanya meninggalkan ia dan kawanan itiknya dibelakang mereka, namun juga mencemoohkannya dibelakangnya.
Anak itik terus bermimpi, dan kawanan anak itik lainnya pun terus terbuai dengan dongeng dan mimpi-mimpi si anak itik buruk rupa. Mereka semakin tertinggal. Para angsa dewasa melihat mereka dengan pandangan sedih. Tak ada kebanggaan yang bisa diberikan pada induk-induk mereka. Mereka hanya menjadi sasaran doa dari induk-induk angsa dan itik. Para induk berdoa agar mereka dapat berubah dari itik yang pemimpi menjadi angsa.
Tiga tahun lamanya si anak itik buruk rupa terbuai mimpi. Hingga akhirnya ia harus meninggalkan kolam kecil tempatnya belajar dan pergi ke kolam yang lebih besar. Di kolam yang baru ia bertekad melupakan mimpinya dan memulai segalanya dari awal. Ia bertekad ingin menjadi angsa. Tekad tinggallah tekad. Kembali ia terlena dalam mimpi-mimpi. Memang ia tak lagi menjadi itik yang menggambar sketsa, melukiskan mimpi-mimpi anak itik yang lain, namun ia tenggelam dalam cerita-cerita yang dibuat oleh angsa-angsa dewasa. Ia tenggelam dalam sketsa-sketsa angsa lain. sketsa-sketsa yang memberikannya mimpi baru dan membuatnya melupakan tekadnya untuk menjadi seekor angsa. Akhirnya tiga tahun ia habiskan dalam kolam tersebut hanya untuk menikmati mimpi yang diberikan orang lain. ia tak pernah menjadi angsa. Tak ada yang salah dengan pergaulannya. Ia duduk bersanding dengan anak angsa, dan anak angsa tersebut selalu memberikannya contoh untuk menjadi angsa yang baik. Namun sayangnya, si anak itik yang buruk rupa tak pernah perduli, ataupun kalau ia perduli, semua itu hanya sebatas niatan, ia tak pernah mau bercapai lelah untuk mengubah dirinya menjadi seekor anak angsa.
Tiga tahun berlalu dalam kolam tersebut. Ia tetap itik. Itik yang buruk rupa. Kini ia jatuh cinta pada angsa. Angsa dari kolam yang sama namun berbeda kumpulan. Kalau ia bergabung dalam kumpulan angsa dan itik, maka angsa yang ia sukai tergabung dalam kumpulan angsa terpilih. Kumpulan anak-anak angsa yang dianggap memiliki kelebihan daripada anak-anak angsa lainnya hingga mereka dikelompokkan dalam satu kelompok berbeda. Setahun lamanya ia memendam rasa terhadap sang angsa. Namun, selamanya angsa tak akan pernah melirik itik, terlebih itik yang buruk rupa dan sifat. Cintanya kandas tanpa adanya pengharapan.
Kini, ia telah selesai diberi ajaran di kolam tersebut. Tiga tahun lamanya hampir tak ada artinya. Tak ada yang berubah dari diri si anak itik yang buruk rupa. Ia hanya bertambah tinggi sedikit, selebihnya tetap sama. lalu segalanya berubah. Kakak anak itik yang buruk rupa adalah angsa yang sangat istimewa. Sungguh tak ada yang bisa menduga kalau anak itik yang buruk rupa serta sifatnya memiliki kakak seekor angsa yang anggun nan pintar. Undanganpun dikirim kekeluarganya. Undangan kepada sang angsa untuk belajar di salah satu kolam terbaik di negaranya. Akhirnya anak itik yang buruk rupa dan keluarganya pindah semua untuk menemani sang kakak angsa belajar di kolam tersebut.
Anak itik yang buruk rupa itu kini dimasukkan dalam sebuah sangkar emas. Sangkar yang mendidik itik menjadi angsa. Tahun pertama, ia tetap menjadi itik. Namun ia menjadi itik yang sombong. Ia menganggap dirinya lebih baik dari pada itik-itik yang ada dalam sangkar tersebut. Namun kenyataan menghempasnya. Kini ia tak bisa lagi bermimpi dan terdiam. Dulu ia bisa bermimpi karena angsa-angsa pengajar dikolam tersebut mengenal ayahnya dan segan memberinya nilai jelek apabila nilainya memang jelek. Namun kini di kolam yang baru ini, tak ada yang mengenal ayahnya. Angsa-angsa pengajar disini dengan senang hati memberikan angka kursi terbalik padanya apabila nilai yang pantas ia dapatkan memang kursi terbalik. Melihat hal tersebut, mulailah anak itik yang buruk rupa mencoba berubah, hasilnya pun terlihat. Ia kini adalah seekor itik yang cukup terpandang walaupun ia bukan angsa.
Tahun kedua disangkar yang sama. kini sudah setahun lamanya ia tinggal dan belajar dalam sangkar tersebut. Kemudian para angsa pengajar membagi mereka lagi dalam dua kumpulan, kumpulan itik dan kumpulan angsa. Anak itik yang buruk rupa ini pada awalnya dimasukkan dalam kumpulan angsa, namun ia menolak, sebab ia sadar kemampuan dirinya sendiri yang memang tak akan mampu bersaing dengan para angsa, akhirnya ia memilih dimasukkan dalam kelompok itik. Dikelompok ini ia menjadi raja. Raja itik. Ia memang yang termasuk itik yang terbaik, ini merupakan hasil usaha si anak itik selama setahun penuh. Namun sayangnya, ia menjadi raja itik yang sombong, memandang remeh orang lain dan menganggap diri sendiri paling tinggi. Ia pun di benci oleh beberapa itik lain. banyak itik yang ingin menjatuhkan dirinya dari singgasanya. Namun ia tetap berdiri dengan angkuh di atas itik-itik lain, sebab ia memiliki teman seekor itik yang hampir sama pintar dengan dirinya. Itik itu memiliki kelebihan hal yang tidak ia miliki, dan akhirnya ia beserta temannya berhasil menjadi raja dan menteri dalam kelompok itik.
Tahun ketiga dalam sangkar yang sama. setahun sudah ia menjadi raja itik, namun kini temannya yang merupakan menterinya yang selalu membantunya telah meninggalkannya. Ia telah mendapatkan teman baru yang dianggap lebih baik dari pada si anak itik yang buruk rupa. Kini si anak itik sendirian. Akhirnya dalam kesendirian ia berpikir, untuk apa selama ini sikap yang angkuh aku pelihara. Seperti memelihara duri dalam daging, aku tak tahu lagi mana yang benar tulus menjadi temanku dan mana yang sebenarnya teman yang bermuka dua. Lalu ia putuskan untuk mengubah sifatnya yang angkuh menjadi lebih bersahaja. Hal ini membuahkan hasil yang positif bagi si anak itik yang buruk rupa. Ia diangkat menjadi wakil dalam dewan kepemerintahan murid di sangkar tersebut. Namun sayangnya hal ini tidak berlangsung lama. Ada angsa yang iri dengan keberhasilannya dan berhasil membokongnya dari belakang hingga ia tersingkir dari kursi pemerintahannya diganti dengan angsa tadi. Memang selamanya angsa tidak akan suka melihat itik berada diatas mereka. Namun ia tidak perduli, kini ia bergabung dengan kumpulan anak-anak calon angsa. Mereka baru saja masuk dalam sangkar ini dan mereka menyukainya. Ia dikenal sebagai itik yang bisa dijadikan tempat untuk bertanya. Mereka suka keramahannya, mereka suka humornya, mereka suka dengan sikapnya yang tidak memandang bahwa mereka adalah anak baru. Itu terjadi karena si itik buruk rupa ingin berubah. Ia sudah cukup banyak menanam permusuhan dengan sifatnya yang buruk. Ia ingin mengikat persahabatan disisa waktunya disangkar ini.
Persahabatannya dengan kumpulan anak angsa ini membuatnya bahagia. Ia tak perdulikan lagi sikap musuh-musuhnya yang selalu ingin menggulingkannya atau ingin membalas dendam padanya. Ia pun lengah. Suatu ketika musuhnya memanfaatkan kelengahannya dan menjebaknya. Ia difitnah mencuri handphone milik itik dalam kelompoknya. Sungguhpun tak ada bukti, ia tetap dikucilkan, ia diasingkan. Namun ia tidak perduli. Selama ia tidak bersalah, ia tidak perduli namanya dicemarkan. Karena ia tahu, semua konspirasi ini tidak akan bisa membersihkan namanya. Ia hanya bisa melawan ketika mereka menuntut pertanggungjawabannya, dan ia menang, karena memang ia tidak bersalah. Kini terlihat sudah. Dalam kelompok itik terdapat tiga golongan. Golongan netral, yaitu golongan yang menerima dia sebagai bagian dari kelompok tidak mengusik dan juga tidak mendukung. Golongan teman setia, yaitu itik-itik yang menerima dia sebagai teman dan tidak pernah menaruh curiga dan prasangka terhadap dirinya, golongan ini terdiri dari itik-itik pindahan dari sangkar lain. dan golongan terakhir adalah golongan musuhnya. Golongan ini selalu berusaha menjatuhkannya, baik secara kasar maupun secara halus. Itik yang ingin menjatuhkannya secara halus tak segan-segan melakukan segala cara untuk menjatuhkannya dari puncak nilai tertinggi, termasuk dengan bermanis muka di hadapan angsa pengajar. Sedang itik yang ingin menjatuhkannya secara kasar tidak segan-segan memprofokasinya dan mengajaknya bertarung, apalagi itik ini dibantu oleh temannya yang dari kelompok angsa, angsa yang menjatuhkannya dari kursi pemerintahannya. Semua itu ia hadapi dengan tegar. Ia punya kawanan itik yang siap mendukungnya dikelompoknya dan ia punya hubungan yang baik dengan anak angsa yang ada dikelompok dibawahnya. Semakin membuatnya terharu adalah, walaupun anak-anak angsa itu diintimidasi karena berhubungan dengan dia, namun mereka tetap tak tergoyahkan, dan setia menemaninya. Hingga ia selesai dari sangkar tersebut.
Kini ia masuk dalam kolam yang baru. IPB nama kolam tersebut. Disini ia mulai kehilangan eksistensinya sebagai raja itik. Ia kembali menjadi itik yang buruk rupa dan itik yang berjiwa kerdil. Nilai-nilainya anjlok. Tahun pertama di kolam ini merupakan tahun yang sangat mengecewakan bagi hidupnya. Sungguhpun ia berteman dengan para angsa, namun ia salah memilih angsa. Angsa yang ia pilih tak memberinya kemauan untuk mengubah diri, sebaliknya, ia makin jatuh dan jatuh.
Tahun ke dua. Itik yang buruk rupa bertekad untuk berubah. Ia mulai dengan meninggalkan kawanan angsa itu dan mencari kawanan lain yang bisa membantunya. Akhirnya ia bertemu dengan kawanan angsa lain yang bisa mengubahnya. Gelarnya sebagai raja itik kembali ia dapatkan. Ia masuk dalam kategori mahasiswa termahir komputer dikelasnya. Kawanan angsa yang baru ini benar-benar membuatnya berubah. Si itik buruk rupa mendalami komputer karena kawanan angsa ini tak ada yang mengerti komputer satupun. Hingga akhirnya ia mampu mengangkat namanya menjadi raja itik kembali. Inilah tahun kebangkitan sang raja itik.
Tahun ketiga. Gelar raja itik sudah kembali ia sandang. Komputer merupakan bidangnya yang hanya dapat ditandingi oleh beberapa itik dan angsa di kelasnya. Sungguhpun dalam hal lain ia tidak bisa menandingi angsa-angsa super yang ada dikelasnya. Tidak dapat dipungkiri sang Ratu Angsa dan kelompoknya tak kan pernah bisa kelompoknya tandingi walaupun ia memiliki kemampuan komputer yang sangat hebat dan angsa-angsa temannya memiliki kemampuan yang luar biasa, namun kelompok Ratu Angsa juga memiliki seekor itik yang mempunyai kemampuan komputer yang lebih hebat dari kemampuan itik buruk rupa.
Ditahun ketiga inilah ia bertemu dengan seekor angsa yang cantik jelita. Angsa ini merupakan kekasih hati pertama dari si itik buruk rupa. Mereka sempat menjalin hubungan kisah kasih selama beberapa saat hingga akhirnya sang angsa sadar kalau ia dan itik buruk rupa tidak bisa selamanya bersama karena suatu perbedaan yang sangat dalam diantara mereka. Akhirnya angsa yang cantik nan rupawan ini meninggalkan si itik buruk rupa dalam kesedihannya seorang diri. Untungnya si itik punya seekor teman angsa yang sangat dekat dengannya. Angsa inilah yang membuatnya kembali bangkit dan memulai hidupnya dengan berusaha melupakan angsa yang meninggalkannya. Namun, semakin ingin dilupakan semakin teringat. Akhirnya itik buruk rupa memutuskan untuk mengubah diri menjadi angsa agar perbedaan derajat mereka menjadi sama. si itik buruk rupa mulai mentransfromasikan dirinya. Semua usaha ia lakukan untuk berubah. Hasilnya pun terlihat.
Saat-saat akhir tahun ketiga. Itik yang buruk rupa kini telah berubah, sungguhpun dalam pikirannya tidak menduga bahwa perubahannya sangat besar, ia hanya menganggap dirinya sedikit berubah. Pendapat itu akhirnya terbukti salah ketika salah seekor angsa tak sengaja salah bicara. Ketika itu ia sedang berjalan bersama angsa yang pernah menjadi temannya dulu ketika ia awal masuk menjadi mahasiswa, angsa tersebut bertanya, “kamu mau kemana?” itik yang buruk rupa tadi menjawab, “mau kebandara jemput saudara” lalu sang angsa berkomentar, “mau kebandara aja keren amat? Aku aja gag pernah keren-keren kalau mau kebandara” katanya. Keren? Padahal saat itu si itik buruk rupa hanya memakai kaos oblong dengan celana jins biasa dan menyandang tas buruk yang sudah robek sana dan sini, dan si angsa tadi bilang dia keren? Ia sendiri memang menyadari, entah sejak kapan baik angsa maupun itik betina yang berpapasan dengannya pasti sejenak akan melihatnya, memperhatikannya. Akhirnya ia tahu kenapa. Karena kini ia bukan lagi si itik buruk rupa. Ia kini menjadi seekor angsa.
Setahun setelah wisuda. Si itik buruk rupa kini telah menjadi seekor angsa. Banyak betina mengincarnya. Saat ia bermain basket banyak yang menunggu aksinya. Pada saat ia berenang banyak yang kagumi kemampuan renangnya. Keahlian komputernya membuat ia semakin dihormati. Setahun lepas wisuda. Itik telah menjadi angsa. Hidupnya kini menjadi hidup seekor angsa. Dikagumi, dihormati, dan ia memanfaatkannya dengan baik. Gonta ganti pasangan telah jadi gaya hidupnya. Tak terhitung betina yang pernah menjalin hubungan dengannya, baik itu hubungan serius maupun hanya hubungan sesaat. Setelah sekian lama ia hidup dengan nuansa sang angsa kelinci, Ia kini siap kembali ke kolam asalnya. Tempat ia dulu menjadi itik yang buruk rupa. Ia dulu pergi dari kolam itu sebagai seekor itik dan kini ia pulang kembali kekolam itu dengan membawa aura seekor angsa.

12 Des 2009

Aku Pulang

Naik naik ke puncak gunung…
Tinggi tinggi sekalii…
Kiri kanan, kulihat saja…
Banyak pohon gag jelas.

Akhirnya, setelah bercelana (berkelana maksud saya) sekian tahun di kota angkot, aku pun pulang ke kandang (kaya sapi aja pulangnya kekandang). Pulang ke kota kelahiran orang yang menikahi orang yang melahirkanku, singkat kata kota kelahiran ayahku. Meulaboh. Sejujurnya, kepulanganku ini terasa berat bagiku, bukan karena aku obesitas atau sedang dalam masalah berat badan, tapi karena aku merasa ilmu yang aku dapatkan di Bogor belum cukup (dipertanyakan ini, ilmu atau cewek????) tapi, karena tuntutan masa depan, akhirnya aku berjudi dengan nasib dan kembali pulang,

Aku pulang….
Tanpa dendam…
Ku akui kekalahan… ku…
(Sheila on sepen mode : on)

Empat hari empat malam lamanya aku tersiksa dimobil modifikasi milik keluargaku. Terguncang sana terguncang sini, terseret sana terseret sini, lebai disana lebai disini, dan yang paling menyiksaku adalah, tidak adanya cewek cakep yang bisa kuajak bicara, bertukar pakaian dalam, salah, maksudnya bertukar pikiran, ngeres aja pikiran loe pada. Karena selama di Bogor, aku sudah ditasbihkan sebagai lelaki yang tiada hari tanpa wanita, simak saja pengalamanku di Bogor. Hingga kini di perjalanan ini, aku merasa tersiksa sangat, bahkan aku sempat sedikit menyesali keputusanku ini.

Sesampainya di Meulaboh, aku shock. Rumah yang akan aku tinggali selama di Meulaboh sungguh merupakan rumah tak layak huni yang sangat menyeramkan. Kalau ada shooting film Setan Kredit Menagih Hutang, pasti rumah yang akan aku tinggali inilah yang paling berprospek untuk jadi area shootingnya. Untungnya, setelah melihat kondisi rumah yang sangat tidak mendukung aku dan keluargaku memutuskan untuk tinggal di rumah nenekku yang terletak jauh dari situ, jadi aku tak perlu takut ketemu Setan Kredit dari rumah itu.

Lagi-lagi aku shock ketika tiba di rumah nenekku itu. Bukan shock karena melihat rumahnya, tapi aku shock, ternyata ada cewek yang sangat amat luar biasa cantik bukan main tinggal di depan rumahku. Waw. Aku sungguh tak menyangka orang Aceh ada juga yang cantik. Tapi, sesuai dengan prinsip dasar dari hidupku, aku tak akan berpacaran dengan :
1. saudara
2. tetangga
3. teman sekelas
4. teman dekat

jadi, aku menganggap cewek tadi hanya sekedar hiburan untuk cuci mata saja. Apalagi aku tahu benar karakteristik cewek Aceh seperti apa. Anda tak harus memiliki wajah tampan untuk dapat memperistri wanita secantik dia, dan anda tidak harus mengeluarkan rayuan gombal segombal-gombalnya untuk mendapatkan hati wanita secantik itu, anda cukup pergi ke garasi lalu keluarkan mobil anda (mobil disini bukan seperti mobil saya, dalam artian mobil disini adalah mobil keluaran baru) dan, taraa, anda akan mendapatkan hati wanita paling cantik di Aceh ini.
Kemudian, selama tiga bulan aku mulai mencari pekerjaan untuk menyambung hidup, sungguh kehidupan disini sangat berbeda dari kehidupan yang selama ini aku jalani di Bogor sana. Disini aku tak bisa puas-puas lihat cewe pake bikini di kolam renang, atau pacaran gelap-gelapan di bioskop sambil nonton Dewi Persik dikejar-kejar pocong, atau sekedar berdiri sambil tebar pesona sambil baca buku gratisan di Gramedia. Akhirnya setelah penantian panjang seperti kacang, aku diterima bekerja di sebuah Lembaga Negara Non Departemen yang mengurus segala sesuatu tentang administrasi negara, LAN. Hanya saja sampai saat ini aku belum mulai bekerja sebab SK belum keluar(sebenernya dari dulu aku gag tau, SK tu apaan sih? Surat Kelamin apa Suka Keluyuran???), jadi sampai saat ini kerjaku ya hanya bisa buang buang uang saja, tapi belum bisa mencarinya lagi.

10 Nov 2009

situs-situs yang bermanfaat

Situs-situs yang bermanfaat dan manfaatnya

Mbah gugel : www.google.com
Bermanfaat untuk mencari data base apapun yang kita ingin cari. Mbah gugel menyediakan semua data yang kita perlukan cukup dengan mengetikkan kata kunci yang benar maka mbah gugel akan segera bekerja.
Mbah gugel juga menyediakan layanan E-Mail (buat surat-suratan) Blogger (buat catatan) de el el de el el.
Mbah Yahu : www.yahoo.com
Sama seperti Mbah gugel fungsinya, hanya saja mbah Yahu tidak mempunyai kelengkapan data seperti mbah gugel, Mbah Yahu juga mempunyai fasilitas yang tidak kalah menarik, seperti Yahoo mail (buat surat-suratan) dan Yahoo messenger, untuk chating dan ngobrol online.
Forsherd : www.4shared.com
Berguna untuk menyimpan dan mengambil data yang kita perlukan. Forsherd ini bisa menyimpan data kita sampai 5 giga, dan juga untuk mengambil data yang kita miliki / yang kita butuhkan (download) relatif mudah dan cepat.
Photobaket : www.photobucket.com
Berguna untuk menyimpan dan mengambil gambar, file gambar yang disimpan di PhotoBaket akan lebih lama tersimpannya selain ditempat lain (tidak termasuk di mbah gugel dan mbah yahu)
Fesbuk : www.facebook.com
Siapa tidak kenal jejaring sosial yang satu ini. Indonesia adalah konsumen terbesar yang mengkonsumsi situs ini. Situs untuk berinteraksi sosial ini mempunyai banyak fitur menarik, seperti game online, kuis-kuis lucu atau fasilitas untuk ngobrol online.
Yutab : www.youtube.com
Kalo yang hobi streaming (nonton video di internet) maka yutab adalah salah satu alternatif utamanya, sebab dalam situs ini terdapat semua jenis dan judul video. Tergantung kata kunci yang kita masukkan.
Kangzusi :
www.kangzusi.com

Tempatnya yang hobi baca ibuk (elektronik buk) atau (buku elektronik) disini terdapat banyak koleksi ibuk yang terus di apdet oleh administratornya, saingan dari kangzusi ini adalah : www.topmdi.com
Wiku magic : http//wikumagic.blogspot.com
Tempatnya belajar sulap online, disini tersedia berbagai macam trik sulap mulai dari sulap dasar sampai sulap yang cukup membuat orang tercengang. Blog ini masih tetap apdet.
Jogja net : www.jogjafree.net
Tempatnya para hacker seluruh indonesia berkumpul dan membahas mengenai masalah komputer, aman dan terpercaya, selain itu untuk mengakses / membaca forum yang ada di Jogjafree.net ini juga tidak ribet harus mendaftar segala.
Kaskus : www.kaskus.com
Forum terbesar diseluruh Indonesia, membahas semua hal dari a sampai z. kalau ada kesulitan yang memang sulit, silahkan mendaftar di forum ini dan sampaikan keluhan anda, anggota forum ini akan dengan senang riang memberikan bantuan mereka.
Gila 17 : www.gila17.com
Pusatnya download dan preview filem dan gambar esek-esek, super lengkap, mulai dari film indonesia, jepang, thailand ampe amerika, sedot jek!

3 Nov 2009

tiga serangkai bab 1

Tok… tok….
Suara ketukan dari jendela kamar dipagi buta membangunkan aku . kulirik jam dinding dengan setengah sinting, jam tiga malam, siapa orang gila iseng ngetok kamar orang jam segini?
Tok… tok…
Suara ketukan terdengar lagi. Aku merinding dalam otakku berkelebat bayang-bayang Count Dracula yang kutonton tadi. Kamarku ada dilantai tiga, tak mungkin ada orang yang bisa mengetuknya. Tapi pendengaranku tak salah, itu suara ketukan dan asalnya dari jendela kamarku.
“Zam!”
Nyaris terlonjak aku mendengar panggilan itu. Bahkan Sang Count sudah tahu nama panggilanku disekolah. Pasti aku sudah diincarnya sejak lama sampai nama panggilanku pun ia tahu.
“TOK”
Ketukan itu masih sama, tapi nyaliku sudah membawa kabur otakku membuatku tak bisa berpikir jernih lagi. Suara ketukan itu terdengar semakin keras bagi telingaku.
“si bodoh itu pasti sedang terkencing-kencing saking takutnya.” Terdengar satu suara yang aku kenal akrab, itulah suara Frans. Sahabat kentalku sejak aku bisa bedakan huruf P dan huruf F, bahwa rumus fisika itu Farenheit dan bukan Parenheit, bahwa fisika itu Fisika dan bukan Pisika dan huruf itu huruF dan bukan huruP.
“ya… gag bisa nyalahin dia juga sih” satu suara lagi yang akrab ditelingaku, bahkan kalau dalam sehari telingaku tidak mendengar suara ini, ibarat kambing terkena air dan ayam tak kawin seharian, telingaku akan panik berdengung dengung. Segera kuhampiri jendela, bayangan Count Dracula yang menyeramkan tadi hilang sudah diusir oleh Suhu dari Kuil Shaolin dengan dua belas murid utamanya, yang masing-masing punya jurus sakti, mulai dari Jurus Patukan Bangau sampai dengan Terkaman Naga. Kulongokkan kepalaku ke bawah, dua senyum sahabatku segera menyambut, senyum mereka seperti senyum orang putus lotre dua belas juta saja nampaknya.
“Cepat ganti bajumu, kita ekspedisi malam ini” kata suara kolam itu pada telinga bebekku. Ardan, sobat kentalku yang paling kental, sahabatku yang paling sahabat, teman baikku yang paling baik.
Fransisca Theresia dan Armando Saifullah Ardan adalah sobat-sobat terdekatku, walaupun sifat kami bertiga jauh berbeda. Bagaikan bumi, langit dan matahari. Bagaikan api, air dan angin. Sifat kami jauh bertentangan, tapi tak pernah timbul cedera persahabatan diantara kami.
Fransisca Theresia, turunan bule itu bersifat emosional, setiap persoalan diselesaikan dengan adu otot, mau perempuan atau laki-laki kalau sudah membuatnya marah jangan harap pulang hanya dengan pipi merah cap lima jari tangannya, minimal harus ada setetes darah tumpah baru reda itu amarah. Dia memang betina, tapi dia singa, singa betina yang baru beranak dan anaknya digoda kancil.
Saraf motorik agaknya terpasang dua kali lipat manusia biasa. Tak bisa diam, selalu menyerempet bahaya. Badannya yang kekar berisi hasil latihannya tiap hari senin, selasa, kamis dan sabtu di Sasana Karate Naga Terbang dari jam empat sore sampai jam tujuh malam. Kulitnya yang putih tak mulus sama sekali, jauh berbeda dari kulit anak dara yang hobi mandi susu atau luluran. Baret-baret kebanggaan menghiasi kulitnya lebih banyak dari angka-angka nilai ulangannya yang tak pernah berkisar dari angka enam. Sayatan pisau preman, gigitan anjing satpam, ciuman pagar berduri, atau sekedar lecet biasa ada padanya. Fransisca Theresia, Sang Xena, Herculesnya wanita, tapi dialah singa, singa betina yang baru beranak dan anaknya digoda kancil.
Armando Saifullah Ardan kebalikan dari Frans. Remaja turunan Manado-Aceh ini bersifat rasional, berfikir panjang, memecahkan masalah dengan otak, hampir tak pernah marah dan selalu tersenyum. Selama kukenal dengannya, aku tahu semua makna dari senyumnya, padahal senyum itu cuman satu bentuknya, sama seperti senyum orang lain, tapi di bibirnya, senyum itu berubah menjadi unik dan menggelitik. Tak jarang para wanita muda terbengong-bengong ria melihat senyuman sahabatku yang satu ini. Kalau kata orang tua jaman dulu sih, senyumnya membetot sukma. Ardan berotak luar biasa cerdas. Otaknya adalah imbangan dari ototnya Fransisca Theresia. Berbeda dari Frans yang suka berkelahi, Ardan tak suka bermusuhan dan benci pertengkaran. CINTAILAH DAMAI itu slogannya. Tapi jangan pernah menggugat perkara dengannya. Berbeda dengan Frans yang sekali bayar kontan ditempat, dengan harga hanya luka lecet sedikit memar, berurusan dengan Ardan sama dengan berurusan dengan setan kredit. Dia akan membuat orang membayar lebih lama dan lebih mahal. Satu kasus saja kuambil.
Awal semester kelas dua waktu itu. Sweet seventin membutakan pikiran anak-anak remaja dan memabukkan rasionalitas mereka. Didunia mereka sudah tidak ada warna selain warna pink, merah muda, warna yang manis. Kisah-kisah cinta yang manis dan lembut, semanis madu disarang lebah, manis, lembut namun penuh bahaya.
Kasus cinta ini menyangkut tiga insan, Ardan, Tari, dan Bimo. Tari suka pada Ardan, sedangkan Bimo suka pada Tari. Tari adalah Tari, dia bukan tipe cewek pasif yang menunggu untuk dihampiri. Dia adalah ratu semut, ratu lebah, kalajengking betina, kecantikannya terhormat. Dia tak suka dipilih pejantan, dialah yang memilih pejantannya. Caranya menunjukkan perasaan pun unik, tak seperti anak dara yang hanya berani melirik menggoda, dia lebih frontal, angkuh, tengoklah,
“Ardan, nanti siang kamu anterin aku pulang, ya!”
Titik. Tak ada bantahan. Ardan hanya tersenyum. Ah, senyumannya itu kawan, manis sekali, semanis madu yang paling manis. Aku tahu itu tandanya “Ya” bagi Tari. Tapi untuk Tari sendiri, setiap kata yang ia ucapkan adalah “YA” tak pernah “Tidak”.
Bimo meradang. Kapten Bola tim sekolah itu terang sudah mengajak Tari untuk diantar pulang olehnya sejak kelas satu dulu, namun selalu always ditolak oleh Sang Ratu Lebah. Merasa terhina, ia hampiri Ardan. Inilah tindakan orang picik, Tari yang menghinanya, Ardan yang dijadikan sasaran.
“Heh banci!” bentaknya dengan lagak mandor angkatan bersenjata. “Loe gag bisa cari cewe laen apa? Sampe cewe orang mau loe embat juga?”
Satu lagi tindakan orang picik, mengakui apa yang bukan haknya.
Ardan tersenyum. Lembut nian senyumnya, “siapa yang ngambil cewe orang?” tanyanya kalem. Dia memang selalu tenang, bahkan kalau esok kiamat pun mungkin Cuma dia orang yang dengan tenang berkata, “Teman-teman, besok kiamat, jadi sekolah diliburkan, sekian terimakasih.” Atau kalau ada sekelompok pendaki gunung yang tersesat tujuh hari tujuh malam lunas tak kurang sedetikpun, siang dibakar matahari malam digoda setan, maka apabila mereka ditemukan, Ardan lah orang yang masih waras pikirannya.
“Brengsek loe! Udah jelas loe mau ngerebut Tari. Loe denger ya, Tari itu cewe gua, ngerti Loe!” bentak Bimo berapi-api.
“Sejak kapan Tari jadi cewe kamu? Lagi pula Tari yang ngajak aku jalan, bukan aku yang ngajak dia jalan.” Kalem, sungguh kalem jawaban Ardan. Dia memang bukan orang yang suka dengan tindak kekerasan, bahkan marahpun tidak akan keras suaranya.
“Memang mental loe tu sama kaya bapak loe! Tukang ngambil punya orang!”
Orang tua Ardan memang sedang bergulat melawan hukum. Tuduhan koruptor tertuju padanya. Padahal aku tahu jelas siapa Armando Amruddin, Ayah Armando Saifullah Ardan. Bersahaja, tutur katanya memelintir hati yang paling keras, lembut, suaranya tak pernah lantang terdengar, janji yang terikrar tak bakal dia ingkar, jujurnya sejujur ajaran agama dibuku akidah. Memang tak percuma Armando Amruddin menjadi Armando Amruddin. Hanya saying, makin baik seseorang, makin senang Tuhan memberinya ujian. Kali ini ia sedang diuji dengan fitnah yang keji, fitnah mengkorupsi uang kantornya.
Darah Ardan menggelegak. Lukanya dicungkil dengan jarum berkarat, sakit…. Harga dirinya ditawar sampai harga terendah, lalu apa yang ia lakukan? Ia tersenyum. Aku merinding. Senyumnya masih senyum kemarin, senyumnya masih senyum minggu lalu, sebulan yang lalu bahkan tahun lalu pun senyumnya masih sama bentuk dan rupanya. Bulu kudukku merinding, karena aku tahu Bimo harus membayar banyak, mahal dan lama untuk satu harga diri yang ia tawar. Seminggu setelah hinaan terlontar, habislah Bimo. Ia ketahuan memergoki seorang murid sedang melakukan tindakan kekerasan dan pemerasan. Walaupun ia sudah bersumpah tidak melapor, entah bagaimana terdengar juga hal tersebut sampai meja guru. Tentu saja para guru langsung mengambil tindakan keras untuk siswa yang melakukan tindakan kekerasan dan pemerasan tadi, Riko namanya. Riko yang tahu kalau yang pernah memergokinya adalah Bimo langsung mencari Bimo. Bersama gengnya Bimo dihajar pulang pergi sampai babak bundas kulitnya, lalu dengan ancaman tengik seperti preman-preman pasar, Riko berkata, “mulai besok, loe harus nyediain duit buat gua, gag banyak-banyak, cebanlah sehari. Kalo enggak…” Riko meniup-niup tinjunya.
Belum sembuh lukanya sehabis dihajar Riko, Frans mengaum. Entah dari mana singa betina itu dengar hinaan Bimo kepada sahabatnya, yang jelas konsekwensinya dapat dibayangkan. Tampilan Riko semakin aneh, mata lembam dan bibir sobek jadi dandanan barunya.
Masuk kantor Kepala Sekolah tambah membuatnya malu. Dihajar pulang pergi oleh kaum hawa tanpa dapat membalas satu pukulanpun jelas melukai harga dirinya. Berlanjut dengan skorsing dari klub Bola yang punya peraturan bahwa anggotanya tidak boleh terlibat dalam bentuk kekerasan macam apa pun.
Digonjang sana digosipin sini, tekanan dari Riko yang tak hentinya, skorsing dari kegiatan yang paling ia sukai. Riko akhirnya tak tahan. Enam minggu sejak hinaan kepada Ardan terlontar, Riko pindah sekolah.
Setelah lama Riko pindah sekolah, barulah kutahu itu semua siasat Ardan. Bagaimana ia membuat Bimo memergoki Riko, bagaimana ia menutup mulut teman-teman sekelas agar Frans tahu masalah itu bertepatan dengan masalah Bimo dengan Riko dimulai. Ia merencanakan semuanya dengan amat manis. Licin sekali. Tak banyak hal yang ia lakukan, tapi pengaruhnya cukup untuk membuat Riko pindah sekolah. Pembalasan Ardan memang terornya terror dan horror yang paling horror.
Beda lagi denganku. Aku tak punya otot titanium seperti Frans atau otak dengan molekul licin seperti Ardan. Prestasi olah ragaku tak pernah mengalahkan sang Hercules wanita, prestasi akademikku selalu membayangi Ardan. Tapi kawan, untuk urusan putar lidah, silat lidah, plintir kalimat, murid-murid se-jabotabek harus memanggilku dengan sebutan suhu, grand master, gurunya guru. Setiap lomba debat kusabet pialanya, dengan seluruh kategori, bahasa nasional, bahasa internasional, bahasa daerah bahkan bahasa tubuh. Dari yang bertemakan pendidikan, politik, agama, social bahkan debat kusir antar ibu-ibu pun aku ramaikan.
Malam ini kami akan melaksanakan rencana gila Ardan untuk menyantroni kantor Armando Amruddin mencari bukti bahwa beliau tidak bersalah. Pengamatan sudah dilakukan sebulan penuh . titik poin penting sudah dihapalnya. Rencana ini gila! Karena kalau ketahuan, kami bertiga bisa masuk bui menyusul Armando Amruddin. Fransisca Theresia mungkin yang paling tenang, birokrasi Negara ini yang notabene hanya bisa menindas yang lemah tapi mingkem ketemu yang besar memberinya sedikit jaminan untuk tak menghirup udara lembab sel putrid. Sedangkan aku? Orang tua ku dengan senang hati membiarkanku menginap di sel mini untuk beberapa hari konsekwensi partisipasi ide gila Ardan. Nasib Ardan lebih riskan, kalau tertangkap urusan jauh lebih rumit dari sekedar menghuni bui, ayahnya bisa bertambah vonis karena anaknya kedapatan menggerayangi kantornya. Ironisnya, tambahan vonis itu adalah konsekwensi dari rencana pembebasannya.
Sedan abu metalik meluncur mulus membawa tiga orang dengan gaya dan pikiran masing-masing. Aku yang paling memalukan. Gigi gemeletuk, terbatuk-batuk, juga terkantuk-kantuk, ditambah dengan mulut terus mengutuk. Kukutuk orang yang tega melancarkan fitnah pada orang sebaik Armando Amruddin. Fransisca Theresia, gayanya mengendarai sedan metalik itu kuyakin akan membuat minder pembalap amatir manapun. 1 senti spion mobilnya bersebrangan dengan bodi mobil lain. Hanya 1 senti!!! Bisa kubayangkan apa jadinya kalau mobil disamping memangkas jarak, cukup dua senti, cukup untuk membuat rencana kami batal dan kami berakhir di pertarungan jalanan. Aku cukup kenal watak singa betina didepanku ini. Baginya hidup tanpa menyerempet bahaya adalah ibu-ibu tanpa arisan dan gossip. Aku tahu apa yang ada dalam otaknya saat ini, ekspedisi bak spy, bahkan kalau sedikit beruntung bisa bertukar satu dua jurus dengan satpam penjaga. Dalam hatiku berdoa, jangan sampai hal itu terjadi. Bukan apa-apa, kasihan aku dengan nasib si satpam nanti. Pernah sekali waktu aku melihat latihannya disasana. Melengking-lengking besi dragon terpatah-patah dicium telapak tangannya. Meraung-raung susunan bata lebur disalami tinjunya. Keras ototnya bukan buatan, tajam tulangnya setajam samurai terasah rajin.
Terakhir ku lihat wajah Ardan, wajahnya santai, senyum khasnya always selalu tersungging misterius dibibirnya. Haqul yakin benar ia dengan rencananya.
CIIIITTTT……
Mobil menjerit protes. Ban yang sedang khusyuk melaju kedepan tiba-tiba harus berhenti secara paksa oleh tekanan dari samping yang berasal dari rem.
“Woii, mau mampus kau?” teriak Frans, aumannya memang bukan auman biasa.
Satu mobil kijang berhenti mendadak didepan sedan kami, sengaja melintang, menghalang. Empat remaja tanggung keluar, ada satu raut dendam lama diantaranya. Bimo.
Aku mengeluh dalam hati, rencana bisa runyam.
“Berapa bisa kamu beresin, Frans?” Tanya Ardan tenang.
Kulihat yang ditanya, aura rindu memancar dari pori-pori perempuan bersyaraf putus ini.
“Dua dalam lima menit, kalian hadapi dulu yang dua.” Aku percaya lunas kata-katanya. Ban hitam yang melingkar dipinggannya bukan ada satu hiasan semata. Satu serangan ia pernah taklukan preman tanah abang. Kuingat terang kata-katanya. “Bro, kau lihat preman yang bertato kalajengking itu? Lagaknya doang gede, sekali tendang juga keok.” Sesumbar Frans. Benarlah sesumbarnya. Di jalan yang sepi kami dihadang tiga orang preman pasar, salah satunya si tato kalajengking dan agaknya dia pemimpin begundal-begundal tengik ini.
“Bagi duit dong bos,” katanya dengan lagak tengil. “Belom ngerokok kita,” sambungnya sambil memperagakan orang menghisap rokok.
Aku sudah tegang mampus, bingung harus berbuat apa. Tak ada petunjuk di buku paket manapun untuk menghadapi situasi seperti ini. Aku masih bingung sampai sedetik kemudian, Whut, Dhes, Bruk!!!
Dua begundal si tato kalajengking hanya bisa bengong melihat pemimpinnya roboh bak pohon gugur di hantam satu tendangan berputar Frans, Sabetan Ekor Naga dari Sasana Naga Terbang.

“Lima menit, sis?” aku jelas takut “gag bisa dicepetin?”
“Bimo sih bukan masalah, cuman kalau dilihat dari langkah kakinya, ada dua orang yang setidaknya pernah latihan bela diri selama dua atau tiga tahun” terang Ardan padaku.
Frans tersenyum, “emang tak ada urusan yang tak kau hitung ya, Bro”
Ardan memang tak percuma menjadi seorang Ardan.
“Bimo kau urus, Bro. aku ambil si pendek.” Katanya.
Aku tahu pilihan Ardan yang terbaik. Tak akan diberinya makanan yang tak bisa kumakan. Sementara itu empat orang tadi sudah menghampiri.
“Perempuan setan, keluar Loe!” bentak Bimo, terang yang dimaksud adalah Frans. Tak ada perempuan lain yang ada di jalan itu kecuali dia.
Kami dengan tenang keluar, tanpa banyak bicara lagi, dua dari begundal Bimo langsung mengambil sikap hendak menangkap Frans. Namun kali ini mereka membentur gunung. Tak percuma Fransisca Theresia menjadi seorang Fransisca Theresia. Satu sapuannya menggoyahkan langkah seorang penyerang. Begitu pula Ardan yang langsung beraksi, ia melempar jaketnya yang entah sejak kapan ia lepaskan kearah si pendek. Diserang mendadak dengan jaket tak membuat si pendek panic atau gugup, gesit ia tangkis serangan tadi, terang orang ini kenal sejurus dua ilmu yang diyakini si Pitung. Tapi Ardan pun tak kalah sigap. Kesempatan ketika si pendek menangkis jaketnya dipergunakannya untuk menyusulkan serangan. Total jenderal tiga pukulan satu tendangan bersarang ditubuh lawannya. Bimo yang terkejut dengan respon agresif kami tak kubiarkan terkejut berlama-lama. Dengan satu gerengan bak kucing yang hendak kawin, segera kutubruk dia dan kupiting. Tinjuku memang tak kuat, menendangpun aku tak becus. Terkadang bukan lawan yang mengerang terkena tendanganku, malah aku yang terpaksa berjalan terpincang-pincang keseleo karena salah posisi. Tapi bukan berarti aku lemah sama sekali, tak percuma Zanuar Azam menjadi seorang Zanuar Azam. Sedikit gerakan jiujitsu warisan dari ayah yang merupakan pelatih jiujitsu di angkatan Bersenjata Republik Indonesia sudah berlebihan untuk menahan gerak Bimo. Lima menit kupiting dia. Badannya yang lebih besar menyulitkanku menjaga posisi. Tapi tak lebih dari lima menit kurasakan rontaannya berhenti. Satu hajaran tepat dilambung memaksa si mantan kapten bola memuntahkan sisa makan malam yang belum lunas digiling lambung. Dua kali sudah ia takluk ditangan Frans. Ditaklukkan dua kali oleh kaum yang mayoritas menjadi korban di acara-acara berita televise, baik itu televisi hitam putih atau televise berwarna.
Kulihat diantara kami bertiga, keadaanku yang paling kacau, keringat beradu debu, kucel, kumal bak pengemis tak mandi selama setahun. Ardan bahkan tak berkeringat sama sekali. Sedang Frans, meskipun nafasnya sedikit memburu tapi tak terlihat menyedihkan sepertiku.
“Kalau aku jadi bapak kau, bisa mati dehidrasi karena menangis aku melihat caramu berkelahi, bro” katanya, “sayang benar nampaknya kau padanya, tak lepas-lepas kau peluk dia.” Lanjut Frans mengolokku.
Kulihat wajah Ardan, ia hanya tersenyum, senyum yang kubaca adalah senyum antara jijik dan maklum.
Mobil melaju kembali, Frans yang sekian lama diam buka suara.
“Kau sudah tahu kan Dan kalau mereka mengikuti kita?”
“sejak kamu keluar dari pekarangan rumahku sist” kata Ardan tenang
“lalu kenapa kau tak beritahu aku?” burunya.
“karena ku tahu makanya ku diam, kalau kubilang kan bukan mustahil kau yang turun dan cari gara-gara duluan” jawab Ardan kalem, sambil tersenyum ia turunkan sedikit sandaran joknya.
“Tapi tetap saja urusannya mereka yang cari gara-gara, kenapa tak kau katakana dari awal?” agaknya perempuan bersyaraf putus ini masih merasa kesal tak diberitahu mengenai penguntit tadi.
“Kalau kita turun tangan duluan, kita tak bisa tahu kekuatan musuh sampai dimana. Apa masih ada anteknya atau tidak. Nanti kalau mereka memanggil anteknya yang kita tidak tahu jumlahnya, kan sama saja kita seperti ular mencari penggebuk, pencuri menghadap polisi, sama saja mencari penyakit.”
“kita hajar sebelum mereka bisa panggil,” Frans tetap kukuh.
“mereka memangnya tidak bisa mengulur waktu?”
Kulihat sandaran joknya makin turun.
“Segala urusan memang sudah kamu itung ya, Bro” kataku memuji.
“Siapa dulu dong… Ardan” jawabnya bangga
Whuttt….
Satu tinju nyaris bertamu kebahunya, tapi hanya lewat dua senti dari bahunya, Frans yang gemas hendak memukulnya, namun ia kecele karena pukulannya mengenai angin kosong. Dari kaget ia jadi bengong, lalu katanya
“Wah, jago juga bela diri kau Dan,” katanya sambil tetap tak percaya, tinjunya bisa luput padahal Ardan diam saja tak bergerak menghindar. “Bisa kau hindarkan pukulan aku”
“Ah, itu kan karena kamu mukulnya ga sambil ngeliat, kalo kamu ngeliat kan sudah bisa mendaftar di klinik patah tulang bahuku besok.”
“kok kamu tahu bakal dipukul, Bro?” tanyaku
“Kalau lihat dari sifat nyonya disampingku ini,” katanya sambil menggoda, “dalam lima kali bicara, satu pasti bukan mulut yang ngomong. Kamu lihat kijang kapsul yang kita lewati tadi?” aku mengangguk. Dalam hati ku bertanya, apa hubungannya kijang kapsul dengan tinju? Jelas bukan simbiosis mutualisme seperti burung gelatik dengan kerbau. Lagi pula toh kijang kapsul itu tidak berkutu.
“Karena konsentrasi ke kijang kapsul itu, makanya Frans gag tau aku nurunin sandaran jokku,” kulirik wajah Frans, ada kata “Ya” disitu.
“Jadi waktu Frans mukul, kamu gag perlu menghindar karena emang gag bakal kena?” kagum bukan buatan aku padanya. Tak percuma Armando Saifullah Ardan menjadi Armando Saifullah Ardan.
Sebentar kemudian kami telah sampai di gedung tempat Armando Amruddin bekerja. Tak nanti ku bilang aku tak takut, aku tak pernah bertindak seberani ini sebelumnya. Mobil diparkir ditempat yang telah direncanakan

25 Jul 2009

where is the right? (dimanakah keadilan?)

adilkah hidup ini? sementara ada orang yang hidup dalam gelimang harta, berfoya-foya tanpa pernah merasakan susahnya mencari sesuap nasi sejumput sayuran untuk menangsal perut, sementara disampingnya ada orang yang harus memperjuangkan urat nadi dan darahnya hanya untuk sebungkus nasi putih dengan lauk sayur sederhana yang harus dimakan berdua dengan anaknya karena uang yang ia miliki tak cukup untuk membeli dua bungkus nasi untuk dua orang, ia dan anaknya.
adilkah hidup ini? sementara ada orang yang begitu lahir berada dalam gelimang cahaya kebenaran, indahnya kehidupan islam, penuh dengan janji akan surga, sementara tetangganya lahir dalam kemusyrikan sudah dapat dipastikan matinya masuk neraka apabila tidak menerima hidayah dari Tuhan.
adilkah hidup ini? sementara ada orang yang mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang-orang yang mereka kasihi dan mengasihi mereka sementara saudaranya menderita caci maki hina dina dari orang yang seharusnya memberikan mereka perlindungan dan naungan disaat mereka butuhkan.
adilkah hidup ini? disaat para pemulung mengumpulkan sampah mengais-ngais tanpa rasa jijik untuk menjualnya kembali, para pengamen dan pengemis dengan mudah mendapatkan recehan hanya dengan sedikit bermodal akting sedih atau dengan bermodal sebuah gitar mini dan suara serta nada cempreng.
bukan artinya saya orang yang bermoral, tidak, saya bukan orang yang bermoral baik, hanya orang yang perih mendapati kenyataan hidup, dimana ada ketimpangan antara miskin dan kaya, dimana ada kesenjangan antara keadilan dimana ada orang yang sudah ditakdirkan untuk masuk surga dari awal kelahirannya sedangkan ada orang yang sudah ditakdirkan untuk masuk neraka bahkan sebelum ia mampu untuk merangkak.
marilah sedikit kita merenung, dengan hidup yang sudah sangat tidak adil seperti ini, apakah pantas kita yang hidup dalam keberuntungan masih tidak mau berbagi, masih tidak mau perduli kepada orang-orang yang hidup namun tidak sebahagia dan seberuntung kita.
saya hanya ingin mengajak, marilah kita buat dunia ini sedikit lebih baik dari pada yang seharusnya ada.

18 Jul 2009

pernikahan Icha

Liza Ulfiana Rachman
8 Desember 1987
nama panggilan : Icha

tadi nikahant Icha, akhirnya nikah juja adeq iiank palink ngariweuhkeun yeuh, nikahnya ama oom Heri, semoga langgeng and semoga bahagia cha, kasii guw banyagh ponakant iiah, jadi klu guw ke Bogor guw puna ponakant....

icha, guw kenal dia paz watu guw masup kulia, hari pertama kulia, watu tu dia ngajuin diri jadi bendahara kelaz, emank dasar hobi megang duwid kali iia dia, jadi ajh dia bendahara kelaz, watu tu guw gag terlalu berani ngedeket ma dia cuz klu menurut guw dia tu terlalu jauu untuk guw jangkau sebagai temant, secara dia cantik, lucu, dan keliatanna tajir boo... tapi itu semua jadi hal laen pas guw semester tiga. ada Ratih yang temenna Icha kebetulan suka memangpaatkan otak guw iiank gag seberapa ini buadh ngerjain tugaz, akhirnya dari situ guw ama icha semakin deket.

banyak banget kenangan yang terjadi antara guw ama icha, ada watu pas tugas akhir desain grapis, watu tu guw sedang di Restu ngoprek photoshop bareng MOna dan tiba-tiba Icha dateng gtu sambil mukanya kaea iiank maw nangis... dan ternyata, emank dia nangis cuz kerjaan tugas iiank sedank dia bikint semuana ilank gara-gara komputer iiank sedank dia pake di"grepe" ama orang iiank gag bertanggungjawap. akhirnya guw lah iiank ngebantu icha dari nol lagi buadh ngerjaint tugazna ampe berez, kebayank khund.

ada kenangan-kenangan kecil watu guw diminta nemenin dia nungguin cowonya dateng, dan kaeanya guw gag tau kenapa, dia seakan-akan maw nunjukkin kedeketan antara guw ama dia dihadapan cowonya.

truz ada lagi cerita watu dapet tugaz ngerjain komunikasi antar budaya (put pestipal) watu tu kelaz kita disuru bikin kelompok masink-masink kelompok 10-11 orang untuk mempertunjukkan adat istiadat suatu daerah, dan akhirnya kita ngambil adat istiadat nikahan kalimantan, sebab berhubung di rumah icha itu adalah salon nikahan dan Icha adalah orang kalimantan, makanya jadi ajah adat iiank diambil adalah adat kalimantan. watu tu kita jadi The Best Stand looo....

ada lagi cerita guw bareng ama dia taun baruan, kita maent kartu bedua, icha dengan sombongnya ngaku ratu judi dan akhirnya ga berdaya ditangan guw si dewa licik (ho ho ho) watu tu guw puaz banget nyoret-nyoretin mukana icha pake bedak (ya ampunnn guw kangen beuth saat-saat kaea gtuu cha). mana watu guw baru twu, ternyata cowo iiank perna nginep di umz icha (temen Icha) yang pertama adala guw, dan cowo iiank perna ada di kamar icha ampe jam 1 malem adlah guw....

guw juja udda dianggep kaea anak ndiri ama nyokap Icha, watu guw tidur di sopa ruang tamu, pas pagina ada tamu dateng, guw blomp bangun, begitu tamu tu nanya guw siapa, apa coba jawapan nyokap Icha? "itu anak" wuiw mimpi aph guw puna nyokap tiga orang???

dan tadi tanggal 18 juli 2009
guw ngelepaz icha untuk mengikatkan diri dengan serius ke seorang laki-laki iiank bakal jadi imam dia, moga ini lelaki pertama dan terakhir buadh lw cha, ade guw iiank palink manja dan palink ngariweuhkeun.....

5 Jul 2009

pemenang The Master Season 3

akhirnya The Master Season 3 menemukan pemenangnya, seorang wanita (cewe), Rizuki sang Princes op mejik. Rizuki memperoleh gelas (gelar) the master season tiga ini setelah mengalahkan Bayu Gendeng, sang Pshyco Magician.
dalam pertarungan terakhir The Master Season Tiga ini, Rizuki dan Bayu Gendeng tampil dalam dua sesi, berikut prepiuwnya :

sesi pertama :
rizuki menampilkan magic levitation dengan tema mengikuti saran ibunya dengan meraih cita-cita setinggi bintang di langit.
penampilannya yang luar biasa diberikan pujian dan penilaian yang cukup dari para dewan juri terkecuali Master Deddy yang mengatakan, "magic kamu bagus, tapi bagi saya, kamu tidak seperti Rizuki yang masih 16 tahun. Kamu seperti ibu-ibu umur 40 tahun"
tapi at all, penampilannya luar biasa
sedangkan Bayu Gendeng malah menampilkan acara masak memasak, menunya nasi goreng gendeng, dengan bahan-bahan beling sebagai kerupuk, obat nyamuk untuk sayurnya dan nasinya dimasak dengan menggunakan tangan waktu mengaduknya. menurut Romy Rapael, ini tidak cocok dilakukan di sesi final, kalau seperti itu cocoknya ditampilkan bukan The Master tapi The Mas Mas, mencari mas mas dari tanah Jawa, selain itu magic yang ditampilkan penuh pengulangan aksi yang melanggar salah satu etika sulap, jangan mengulang permainan yang sama.

sesi dua :
rizuki menampilkan klasik magic dengan tema burung. dia bermain memunculkan burung-burung dari tempat kosong atau dari sapu tangan, burung-burung yang ia tampilkan berwarna-warni memberikan kesan remaja pada tampilan sulapnya, sedangkan gayanya yang kenes membuat penonton tambah terhibur. pada puncaknya ia mengeluarkan Burung Hantu sekaligus dengan pemiliknya Mister Limbat, sebuah ending yang sama sekali tidak disangka-sangka dan mengundang outstanding applause untuk rizuki
sedangkan pada penampilan kedua Bayu Gendeng menampilkan apa yang disebutnya dengan Bambu Gendeng, sebuah adaptasi permainan dari dunia waras yang disebut dengan bambu gila. bambu gendeng ini kurang jelas magicnya dimana, apa menghipnotis audience atau menghipnotis bambu, bahkan kali ini pada saat Melisa bertanya, kemana unsur humor dan tarian yang biasa ditunjukkan Bayu, Bayu menjawap dengan jawapan yang menurut Master Dedi, Jawapan yang tidak menjawap.
akhirnya dengan segenap juwa raga, saiia sebagai penggemar paras cantik dan magic menarik, mengucapkan selamat kepada Rizuki karena telah berhasil meraih gelas (gelar) The Master, sebagai seorang wanita termuda yang mencapai puncak tertinggi manurung (halah itu mah batak) menurut saiia.