10 Nov 2009

situs-situs yang bermanfaat

Situs-situs yang bermanfaat dan manfaatnya

Mbah gugel : www.google.com
Bermanfaat untuk mencari data base apapun yang kita ingin cari. Mbah gugel menyediakan semua data yang kita perlukan cukup dengan mengetikkan kata kunci yang benar maka mbah gugel akan segera bekerja.
Mbah gugel juga menyediakan layanan E-Mail (buat surat-suratan) Blogger (buat catatan) de el el de el el.
Mbah Yahu : www.yahoo.com
Sama seperti Mbah gugel fungsinya, hanya saja mbah Yahu tidak mempunyai kelengkapan data seperti mbah gugel, Mbah Yahu juga mempunyai fasilitas yang tidak kalah menarik, seperti Yahoo mail (buat surat-suratan) dan Yahoo messenger, untuk chating dan ngobrol online.
Forsherd : www.4shared.com
Berguna untuk menyimpan dan mengambil data yang kita perlukan. Forsherd ini bisa menyimpan data kita sampai 5 giga, dan juga untuk mengambil data yang kita miliki / yang kita butuhkan (download) relatif mudah dan cepat.
Photobaket : www.photobucket.com
Berguna untuk menyimpan dan mengambil gambar, file gambar yang disimpan di PhotoBaket akan lebih lama tersimpannya selain ditempat lain (tidak termasuk di mbah gugel dan mbah yahu)
Fesbuk : www.facebook.com
Siapa tidak kenal jejaring sosial yang satu ini. Indonesia adalah konsumen terbesar yang mengkonsumsi situs ini. Situs untuk berinteraksi sosial ini mempunyai banyak fitur menarik, seperti game online, kuis-kuis lucu atau fasilitas untuk ngobrol online.
Yutab : www.youtube.com
Kalo yang hobi streaming (nonton video di internet) maka yutab adalah salah satu alternatif utamanya, sebab dalam situs ini terdapat semua jenis dan judul video. Tergantung kata kunci yang kita masukkan.
Kangzusi :
www.kangzusi.com

Tempatnya yang hobi baca ibuk (elektronik buk) atau (buku elektronik) disini terdapat banyak koleksi ibuk yang terus di apdet oleh administratornya, saingan dari kangzusi ini adalah : www.topmdi.com
Wiku magic : http//wikumagic.blogspot.com
Tempatnya belajar sulap online, disini tersedia berbagai macam trik sulap mulai dari sulap dasar sampai sulap yang cukup membuat orang tercengang. Blog ini masih tetap apdet.
Jogja net : www.jogjafree.net
Tempatnya para hacker seluruh indonesia berkumpul dan membahas mengenai masalah komputer, aman dan terpercaya, selain itu untuk mengakses / membaca forum yang ada di Jogjafree.net ini juga tidak ribet harus mendaftar segala.
Kaskus : www.kaskus.com
Forum terbesar diseluruh Indonesia, membahas semua hal dari a sampai z. kalau ada kesulitan yang memang sulit, silahkan mendaftar di forum ini dan sampaikan keluhan anda, anggota forum ini akan dengan senang riang memberikan bantuan mereka.
Gila 17 : www.gila17.com
Pusatnya download dan preview filem dan gambar esek-esek, super lengkap, mulai dari film indonesia, jepang, thailand ampe amerika, sedot jek!

3 Nov 2009

tiga serangkai bab 1

Tok… tok….
Suara ketukan dari jendela kamar dipagi buta membangunkan aku . kulirik jam dinding dengan setengah sinting, jam tiga malam, siapa orang gila iseng ngetok kamar orang jam segini?
Tok… tok…
Suara ketukan terdengar lagi. Aku merinding dalam otakku berkelebat bayang-bayang Count Dracula yang kutonton tadi. Kamarku ada dilantai tiga, tak mungkin ada orang yang bisa mengetuknya. Tapi pendengaranku tak salah, itu suara ketukan dan asalnya dari jendela kamarku.
“Zam!”
Nyaris terlonjak aku mendengar panggilan itu. Bahkan Sang Count sudah tahu nama panggilanku disekolah. Pasti aku sudah diincarnya sejak lama sampai nama panggilanku pun ia tahu.
“TOK”
Ketukan itu masih sama, tapi nyaliku sudah membawa kabur otakku membuatku tak bisa berpikir jernih lagi. Suara ketukan itu terdengar semakin keras bagi telingaku.
“si bodoh itu pasti sedang terkencing-kencing saking takutnya.” Terdengar satu suara yang aku kenal akrab, itulah suara Frans. Sahabat kentalku sejak aku bisa bedakan huruf P dan huruf F, bahwa rumus fisika itu Farenheit dan bukan Parenheit, bahwa fisika itu Fisika dan bukan Pisika dan huruf itu huruF dan bukan huruP.
“ya… gag bisa nyalahin dia juga sih” satu suara lagi yang akrab ditelingaku, bahkan kalau dalam sehari telingaku tidak mendengar suara ini, ibarat kambing terkena air dan ayam tak kawin seharian, telingaku akan panik berdengung dengung. Segera kuhampiri jendela, bayangan Count Dracula yang menyeramkan tadi hilang sudah diusir oleh Suhu dari Kuil Shaolin dengan dua belas murid utamanya, yang masing-masing punya jurus sakti, mulai dari Jurus Patukan Bangau sampai dengan Terkaman Naga. Kulongokkan kepalaku ke bawah, dua senyum sahabatku segera menyambut, senyum mereka seperti senyum orang putus lotre dua belas juta saja nampaknya.
“Cepat ganti bajumu, kita ekspedisi malam ini” kata suara kolam itu pada telinga bebekku. Ardan, sobat kentalku yang paling kental, sahabatku yang paling sahabat, teman baikku yang paling baik.
Fransisca Theresia dan Armando Saifullah Ardan adalah sobat-sobat terdekatku, walaupun sifat kami bertiga jauh berbeda. Bagaikan bumi, langit dan matahari. Bagaikan api, air dan angin. Sifat kami jauh bertentangan, tapi tak pernah timbul cedera persahabatan diantara kami.
Fransisca Theresia, turunan bule itu bersifat emosional, setiap persoalan diselesaikan dengan adu otot, mau perempuan atau laki-laki kalau sudah membuatnya marah jangan harap pulang hanya dengan pipi merah cap lima jari tangannya, minimal harus ada setetes darah tumpah baru reda itu amarah. Dia memang betina, tapi dia singa, singa betina yang baru beranak dan anaknya digoda kancil.
Saraf motorik agaknya terpasang dua kali lipat manusia biasa. Tak bisa diam, selalu menyerempet bahaya. Badannya yang kekar berisi hasil latihannya tiap hari senin, selasa, kamis dan sabtu di Sasana Karate Naga Terbang dari jam empat sore sampai jam tujuh malam. Kulitnya yang putih tak mulus sama sekali, jauh berbeda dari kulit anak dara yang hobi mandi susu atau luluran. Baret-baret kebanggaan menghiasi kulitnya lebih banyak dari angka-angka nilai ulangannya yang tak pernah berkisar dari angka enam. Sayatan pisau preman, gigitan anjing satpam, ciuman pagar berduri, atau sekedar lecet biasa ada padanya. Fransisca Theresia, Sang Xena, Herculesnya wanita, tapi dialah singa, singa betina yang baru beranak dan anaknya digoda kancil.
Armando Saifullah Ardan kebalikan dari Frans. Remaja turunan Manado-Aceh ini bersifat rasional, berfikir panjang, memecahkan masalah dengan otak, hampir tak pernah marah dan selalu tersenyum. Selama kukenal dengannya, aku tahu semua makna dari senyumnya, padahal senyum itu cuman satu bentuknya, sama seperti senyum orang lain, tapi di bibirnya, senyum itu berubah menjadi unik dan menggelitik. Tak jarang para wanita muda terbengong-bengong ria melihat senyuman sahabatku yang satu ini. Kalau kata orang tua jaman dulu sih, senyumnya membetot sukma. Ardan berotak luar biasa cerdas. Otaknya adalah imbangan dari ototnya Fransisca Theresia. Berbeda dari Frans yang suka berkelahi, Ardan tak suka bermusuhan dan benci pertengkaran. CINTAILAH DAMAI itu slogannya. Tapi jangan pernah menggugat perkara dengannya. Berbeda dengan Frans yang sekali bayar kontan ditempat, dengan harga hanya luka lecet sedikit memar, berurusan dengan Ardan sama dengan berurusan dengan setan kredit. Dia akan membuat orang membayar lebih lama dan lebih mahal. Satu kasus saja kuambil.
Awal semester kelas dua waktu itu. Sweet seventin membutakan pikiran anak-anak remaja dan memabukkan rasionalitas mereka. Didunia mereka sudah tidak ada warna selain warna pink, merah muda, warna yang manis. Kisah-kisah cinta yang manis dan lembut, semanis madu disarang lebah, manis, lembut namun penuh bahaya.
Kasus cinta ini menyangkut tiga insan, Ardan, Tari, dan Bimo. Tari suka pada Ardan, sedangkan Bimo suka pada Tari. Tari adalah Tari, dia bukan tipe cewek pasif yang menunggu untuk dihampiri. Dia adalah ratu semut, ratu lebah, kalajengking betina, kecantikannya terhormat. Dia tak suka dipilih pejantan, dialah yang memilih pejantannya. Caranya menunjukkan perasaan pun unik, tak seperti anak dara yang hanya berani melirik menggoda, dia lebih frontal, angkuh, tengoklah,
“Ardan, nanti siang kamu anterin aku pulang, ya!”
Titik. Tak ada bantahan. Ardan hanya tersenyum. Ah, senyumannya itu kawan, manis sekali, semanis madu yang paling manis. Aku tahu itu tandanya “Ya” bagi Tari. Tapi untuk Tari sendiri, setiap kata yang ia ucapkan adalah “YA” tak pernah “Tidak”.
Bimo meradang. Kapten Bola tim sekolah itu terang sudah mengajak Tari untuk diantar pulang olehnya sejak kelas satu dulu, namun selalu always ditolak oleh Sang Ratu Lebah. Merasa terhina, ia hampiri Ardan. Inilah tindakan orang picik, Tari yang menghinanya, Ardan yang dijadikan sasaran.
“Heh banci!” bentaknya dengan lagak mandor angkatan bersenjata. “Loe gag bisa cari cewe laen apa? Sampe cewe orang mau loe embat juga?”
Satu lagi tindakan orang picik, mengakui apa yang bukan haknya.
Ardan tersenyum. Lembut nian senyumnya, “siapa yang ngambil cewe orang?” tanyanya kalem. Dia memang selalu tenang, bahkan kalau esok kiamat pun mungkin Cuma dia orang yang dengan tenang berkata, “Teman-teman, besok kiamat, jadi sekolah diliburkan, sekian terimakasih.” Atau kalau ada sekelompok pendaki gunung yang tersesat tujuh hari tujuh malam lunas tak kurang sedetikpun, siang dibakar matahari malam digoda setan, maka apabila mereka ditemukan, Ardan lah orang yang masih waras pikirannya.
“Brengsek loe! Udah jelas loe mau ngerebut Tari. Loe denger ya, Tari itu cewe gua, ngerti Loe!” bentak Bimo berapi-api.
“Sejak kapan Tari jadi cewe kamu? Lagi pula Tari yang ngajak aku jalan, bukan aku yang ngajak dia jalan.” Kalem, sungguh kalem jawaban Ardan. Dia memang bukan orang yang suka dengan tindak kekerasan, bahkan marahpun tidak akan keras suaranya.
“Memang mental loe tu sama kaya bapak loe! Tukang ngambil punya orang!”
Orang tua Ardan memang sedang bergulat melawan hukum. Tuduhan koruptor tertuju padanya. Padahal aku tahu jelas siapa Armando Amruddin, Ayah Armando Saifullah Ardan. Bersahaja, tutur katanya memelintir hati yang paling keras, lembut, suaranya tak pernah lantang terdengar, janji yang terikrar tak bakal dia ingkar, jujurnya sejujur ajaran agama dibuku akidah. Memang tak percuma Armando Amruddin menjadi Armando Amruddin. Hanya saying, makin baik seseorang, makin senang Tuhan memberinya ujian. Kali ini ia sedang diuji dengan fitnah yang keji, fitnah mengkorupsi uang kantornya.
Darah Ardan menggelegak. Lukanya dicungkil dengan jarum berkarat, sakit…. Harga dirinya ditawar sampai harga terendah, lalu apa yang ia lakukan? Ia tersenyum. Aku merinding. Senyumnya masih senyum kemarin, senyumnya masih senyum minggu lalu, sebulan yang lalu bahkan tahun lalu pun senyumnya masih sama bentuk dan rupanya. Bulu kudukku merinding, karena aku tahu Bimo harus membayar banyak, mahal dan lama untuk satu harga diri yang ia tawar. Seminggu setelah hinaan terlontar, habislah Bimo. Ia ketahuan memergoki seorang murid sedang melakukan tindakan kekerasan dan pemerasan. Walaupun ia sudah bersumpah tidak melapor, entah bagaimana terdengar juga hal tersebut sampai meja guru. Tentu saja para guru langsung mengambil tindakan keras untuk siswa yang melakukan tindakan kekerasan dan pemerasan tadi, Riko namanya. Riko yang tahu kalau yang pernah memergokinya adalah Bimo langsung mencari Bimo. Bersama gengnya Bimo dihajar pulang pergi sampai babak bundas kulitnya, lalu dengan ancaman tengik seperti preman-preman pasar, Riko berkata, “mulai besok, loe harus nyediain duit buat gua, gag banyak-banyak, cebanlah sehari. Kalo enggak…” Riko meniup-niup tinjunya.
Belum sembuh lukanya sehabis dihajar Riko, Frans mengaum. Entah dari mana singa betina itu dengar hinaan Bimo kepada sahabatnya, yang jelas konsekwensinya dapat dibayangkan. Tampilan Riko semakin aneh, mata lembam dan bibir sobek jadi dandanan barunya.
Masuk kantor Kepala Sekolah tambah membuatnya malu. Dihajar pulang pergi oleh kaum hawa tanpa dapat membalas satu pukulanpun jelas melukai harga dirinya. Berlanjut dengan skorsing dari klub Bola yang punya peraturan bahwa anggotanya tidak boleh terlibat dalam bentuk kekerasan macam apa pun.
Digonjang sana digosipin sini, tekanan dari Riko yang tak hentinya, skorsing dari kegiatan yang paling ia sukai. Riko akhirnya tak tahan. Enam minggu sejak hinaan kepada Ardan terlontar, Riko pindah sekolah.
Setelah lama Riko pindah sekolah, barulah kutahu itu semua siasat Ardan. Bagaimana ia membuat Bimo memergoki Riko, bagaimana ia menutup mulut teman-teman sekelas agar Frans tahu masalah itu bertepatan dengan masalah Bimo dengan Riko dimulai. Ia merencanakan semuanya dengan amat manis. Licin sekali. Tak banyak hal yang ia lakukan, tapi pengaruhnya cukup untuk membuat Riko pindah sekolah. Pembalasan Ardan memang terornya terror dan horror yang paling horror.
Beda lagi denganku. Aku tak punya otot titanium seperti Frans atau otak dengan molekul licin seperti Ardan. Prestasi olah ragaku tak pernah mengalahkan sang Hercules wanita, prestasi akademikku selalu membayangi Ardan. Tapi kawan, untuk urusan putar lidah, silat lidah, plintir kalimat, murid-murid se-jabotabek harus memanggilku dengan sebutan suhu, grand master, gurunya guru. Setiap lomba debat kusabet pialanya, dengan seluruh kategori, bahasa nasional, bahasa internasional, bahasa daerah bahkan bahasa tubuh. Dari yang bertemakan pendidikan, politik, agama, social bahkan debat kusir antar ibu-ibu pun aku ramaikan.
Malam ini kami akan melaksanakan rencana gila Ardan untuk menyantroni kantor Armando Amruddin mencari bukti bahwa beliau tidak bersalah. Pengamatan sudah dilakukan sebulan penuh . titik poin penting sudah dihapalnya. Rencana ini gila! Karena kalau ketahuan, kami bertiga bisa masuk bui menyusul Armando Amruddin. Fransisca Theresia mungkin yang paling tenang, birokrasi Negara ini yang notabene hanya bisa menindas yang lemah tapi mingkem ketemu yang besar memberinya sedikit jaminan untuk tak menghirup udara lembab sel putrid. Sedangkan aku? Orang tua ku dengan senang hati membiarkanku menginap di sel mini untuk beberapa hari konsekwensi partisipasi ide gila Ardan. Nasib Ardan lebih riskan, kalau tertangkap urusan jauh lebih rumit dari sekedar menghuni bui, ayahnya bisa bertambah vonis karena anaknya kedapatan menggerayangi kantornya. Ironisnya, tambahan vonis itu adalah konsekwensi dari rencana pembebasannya.
Sedan abu metalik meluncur mulus membawa tiga orang dengan gaya dan pikiran masing-masing. Aku yang paling memalukan. Gigi gemeletuk, terbatuk-batuk, juga terkantuk-kantuk, ditambah dengan mulut terus mengutuk. Kukutuk orang yang tega melancarkan fitnah pada orang sebaik Armando Amruddin. Fransisca Theresia, gayanya mengendarai sedan metalik itu kuyakin akan membuat minder pembalap amatir manapun. 1 senti spion mobilnya bersebrangan dengan bodi mobil lain. Hanya 1 senti!!! Bisa kubayangkan apa jadinya kalau mobil disamping memangkas jarak, cukup dua senti, cukup untuk membuat rencana kami batal dan kami berakhir di pertarungan jalanan. Aku cukup kenal watak singa betina didepanku ini. Baginya hidup tanpa menyerempet bahaya adalah ibu-ibu tanpa arisan dan gossip. Aku tahu apa yang ada dalam otaknya saat ini, ekspedisi bak spy, bahkan kalau sedikit beruntung bisa bertukar satu dua jurus dengan satpam penjaga. Dalam hatiku berdoa, jangan sampai hal itu terjadi. Bukan apa-apa, kasihan aku dengan nasib si satpam nanti. Pernah sekali waktu aku melihat latihannya disasana. Melengking-lengking besi dragon terpatah-patah dicium telapak tangannya. Meraung-raung susunan bata lebur disalami tinjunya. Keras ototnya bukan buatan, tajam tulangnya setajam samurai terasah rajin.
Terakhir ku lihat wajah Ardan, wajahnya santai, senyum khasnya always selalu tersungging misterius dibibirnya. Haqul yakin benar ia dengan rencananya.
CIIIITTTT……
Mobil menjerit protes. Ban yang sedang khusyuk melaju kedepan tiba-tiba harus berhenti secara paksa oleh tekanan dari samping yang berasal dari rem.
“Woii, mau mampus kau?” teriak Frans, aumannya memang bukan auman biasa.
Satu mobil kijang berhenti mendadak didepan sedan kami, sengaja melintang, menghalang. Empat remaja tanggung keluar, ada satu raut dendam lama diantaranya. Bimo.
Aku mengeluh dalam hati, rencana bisa runyam.
“Berapa bisa kamu beresin, Frans?” Tanya Ardan tenang.
Kulihat yang ditanya, aura rindu memancar dari pori-pori perempuan bersyaraf putus ini.
“Dua dalam lima menit, kalian hadapi dulu yang dua.” Aku percaya lunas kata-katanya. Ban hitam yang melingkar dipinggannya bukan ada satu hiasan semata. Satu serangan ia pernah taklukan preman tanah abang. Kuingat terang kata-katanya. “Bro, kau lihat preman yang bertato kalajengking itu? Lagaknya doang gede, sekali tendang juga keok.” Sesumbar Frans. Benarlah sesumbarnya. Di jalan yang sepi kami dihadang tiga orang preman pasar, salah satunya si tato kalajengking dan agaknya dia pemimpin begundal-begundal tengik ini.
“Bagi duit dong bos,” katanya dengan lagak tengil. “Belom ngerokok kita,” sambungnya sambil memperagakan orang menghisap rokok.
Aku sudah tegang mampus, bingung harus berbuat apa. Tak ada petunjuk di buku paket manapun untuk menghadapi situasi seperti ini. Aku masih bingung sampai sedetik kemudian, Whut, Dhes, Bruk!!!
Dua begundal si tato kalajengking hanya bisa bengong melihat pemimpinnya roboh bak pohon gugur di hantam satu tendangan berputar Frans, Sabetan Ekor Naga dari Sasana Naga Terbang.

“Lima menit, sis?” aku jelas takut “gag bisa dicepetin?”
“Bimo sih bukan masalah, cuman kalau dilihat dari langkah kakinya, ada dua orang yang setidaknya pernah latihan bela diri selama dua atau tiga tahun” terang Ardan padaku.
Frans tersenyum, “emang tak ada urusan yang tak kau hitung ya, Bro”
Ardan memang tak percuma menjadi seorang Ardan.
“Bimo kau urus, Bro. aku ambil si pendek.” Katanya.
Aku tahu pilihan Ardan yang terbaik. Tak akan diberinya makanan yang tak bisa kumakan. Sementara itu empat orang tadi sudah menghampiri.
“Perempuan setan, keluar Loe!” bentak Bimo, terang yang dimaksud adalah Frans. Tak ada perempuan lain yang ada di jalan itu kecuali dia.
Kami dengan tenang keluar, tanpa banyak bicara lagi, dua dari begundal Bimo langsung mengambil sikap hendak menangkap Frans. Namun kali ini mereka membentur gunung. Tak percuma Fransisca Theresia menjadi seorang Fransisca Theresia. Satu sapuannya menggoyahkan langkah seorang penyerang. Begitu pula Ardan yang langsung beraksi, ia melempar jaketnya yang entah sejak kapan ia lepaskan kearah si pendek. Diserang mendadak dengan jaket tak membuat si pendek panic atau gugup, gesit ia tangkis serangan tadi, terang orang ini kenal sejurus dua ilmu yang diyakini si Pitung. Tapi Ardan pun tak kalah sigap. Kesempatan ketika si pendek menangkis jaketnya dipergunakannya untuk menyusulkan serangan. Total jenderal tiga pukulan satu tendangan bersarang ditubuh lawannya. Bimo yang terkejut dengan respon agresif kami tak kubiarkan terkejut berlama-lama. Dengan satu gerengan bak kucing yang hendak kawin, segera kutubruk dia dan kupiting. Tinjuku memang tak kuat, menendangpun aku tak becus. Terkadang bukan lawan yang mengerang terkena tendanganku, malah aku yang terpaksa berjalan terpincang-pincang keseleo karena salah posisi. Tapi bukan berarti aku lemah sama sekali, tak percuma Zanuar Azam menjadi seorang Zanuar Azam. Sedikit gerakan jiujitsu warisan dari ayah yang merupakan pelatih jiujitsu di angkatan Bersenjata Republik Indonesia sudah berlebihan untuk menahan gerak Bimo. Lima menit kupiting dia. Badannya yang lebih besar menyulitkanku menjaga posisi. Tapi tak lebih dari lima menit kurasakan rontaannya berhenti. Satu hajaran tepat dilambung memaksa si mantan kapten bola memuntahkan sisa makan malam yang belum lunas digiling lambung. Dua kali sudah ia takluk ditangan Frans. Ditaklukkan dua kali oleh kaum yang mayoritas menjadi korban di acara-acara berita televise, baik itu televisi hitam putih atau televise berwarna.
Kulihat diantara kami bertiga, keadaanku yang paling kacau, keringat beradu debu, kucel, kumal bak pengemis tak mandi selama setahun. Ardan bahkan tak berkeringat sama sekali. Sedang Frans, meskipun nafasnya sedikit memburu tapi tak terlihat menyedihkan sepertiku.
“Kalau aku jadi bapak kau, bisa mati dehidrasi karena menangis aku melihat caramu berkelahi, bro” katanya, “sayang benar nampaknya kau padanya, tak lepas-lepas kau peluk dia.” Lanjut Frans mengolokku.
Kulihat wajah Ardan, ia hanya tersenyum, senyum yang kubaca adalah senyum antara jijik dan maklum.
Mobil melaju kembali, Frans yang sekian lama diam buka suara.
“Kau sudah tahu kan Dan kalau mereka mengikuti kita?”
“sejak kamu keluar dari pekarangan rumahku sist” kata Ardan tenang
“lalu kenapa kau tak beritahu aku?” burunya.
“karena ku tahu makanya ku diam, kalau kubilang kan bukan mustahil kau yang turun dan cari gara-gara duluan” jawab Ardan kalem, sambil tersenyum ia turunkan sedikit sandaran joknya.
“Tapi tetap saja urusannya mereka yang cari gara-gara, kenapa tak kau katakana dari awal?” agaknya perempuan bersyaraf putus ini masih merasa kesal tak diberitahu mengenai penguntit tadi.
“Kalau kita turun tangan duluan, kita tak bisa tahu kekuatan musuh sampai dimana. Apa masih ada anteknya atau tidak. Nanti kalau mereka memanggil anteknya yang kita tidak tahu jumlahnya, kan sama saja kita seperti ular mencari penggebuk, pencuri menghadap polisi, sama saja mencari penyakit.”
“kita hajar sebelum mereka bisa panggil,” Frans tetap kukuh.
“mereka memangnya tidak bisa mengulur waktu?”
Kulihat sandaran joknya makin turun.
“Segala urusan memang sudah kamu itung ya, Bro” kataku memuji.
“Siapa dulu dong… Ardan” jawabnya bangga
Whuttt….
Satu tinju nyaris bertamu kebahunya, tapi hanya lewat dua senti dari bahunya, Frans yang gemas hendak memukulnya, namun ia kecele karena pukulannya mengenai angin kosong. Dari kaget ia jadi bengong, lalu katanya
“Wah, jago juga bela diri kau Dan,” katanya sambil tetap tak percaya, tinjunya bisa luput padahal Ardan diam saja tak bergerak menghindar. “Bisa kau hindarkan pukulan aku”
“Ah, itu kan karena kamu mukulnya ga sambil ngeliat, kalo kamu ngeliat kan sudah bisa mendaftar di klinik patah tulang bahuku besok.”
“kok kamu tahu bakal dipukul, Bro?” tanyaku
“Kalau lihat dari sifat nyonya disampingku ini,” katanya sambil menggoda, “dalam lima kali bicara, satu pasti bukan mulut yang ngomong. Kamu lihat kijang kapsul yang kita lewati tadi?” aku mengangguk. Dalam hati ku bertanya, apa hubungannya kijang kapsul dengan tinju? Jelas bukan simbiosis mutualisme seperti burung gelatik dengan kerbau. Lagi pula toh kijang kapsul itu tidak berkutu.
“Karena konsentrasi ke kijang kapsul itu, makanya Frans gag tau aku nurunin sandaran jokku,” kulirik wajah Frans, ada kata “Ya” disitu.
“Jadi waktu Frans mukul, kamu gag perlu menghindar karena emang gag bakal kena?” kagum bukan buatan aku padanya. Tak percuma Armando Saifullah Ardan menjadi Armando Saifullah Ardan.
Sebentar kemudian kami telah sampai di gedung tempat Armando Amruddin bekerja. Tak nanti ku bilang aku tak takut, aku tak pernah bertindak seberani ini sebelumnya. Mobil diparkir ditempat yang telah direncanakan