13 Des 2009

Anak Itik yang Buruk Rupa

Cerita ini tak akan dimulai dengan kalimat “Pada zaman dahulu kala” karena cerita ini bukan cerita dongeng, melainkan sebuah realita tentang seorang anak manusia yang serupa kisah hidupnya dengan anak itik yang buruk rupa. Pada zaman sekarang ini, hiduplah seorang anak itik yang buruk rupa. Kulitnya hitam, rambutnya kriting, badannya kurus pendek, giginya besar dan kuning, wajahnya berbintik-bintik menyeramkan. Don’t judge book from the cover, kata pepatah, jangan menghakimi buku hanya dari sampulnya saja, tapi lihatlah isi dalamnya. Maksudnya adalah, jangan melihat sang anak itik dari rupanya saja, namun lihatlah jiwanya. Namun sayangnya pepatah tersebut tidak berlaku untuk si anak itik yang satu ini. Selain buruk rupa, jiwanya pun kerdil dan sempit. Sifatnya pengecut dan cengeng. Ia hanya berani terhadap yang lebih lemah namun menciut saat bertemu yang lebih kuat. Ia pun bermuka dua.
Badannya lemah, cita-citanya tinggi. Ia ingin menjadi itik yang paling kuat, itik yang paling disegani, itik yang paling ditakuti. Tapi ia sadar, hal itu tidak akan pernah bisa terjadi. Ia hanya seekor anak itik yang buruk rupa dan lemah. Akhirnya, untuk melampiaskan mimpinya, ia membuat sebuah sketsa, gambaran dalam dongeng, dimana ia menjadi pemimpinnya, ia menjadi seekor angsa, bukan hanya itik, tapi angsa. Angsa yang memerintah semua angsa. Anak-anak itik lain yang melihat sketsanya menjadi tertarik dan memintanya agar membuat sketsa tentang diri mereka, dimana mereka memiliki kemampuan seperti dewa-dewa. Si itik buruk rupa pun dengan senang hati memenuhi permintaan mereka. Ia sekarang menjadi raja angsa diantara angsa-angsa mimpi. Anak itik tersebut telah menemukan kumpulan itik lain yang menemaninya bermimipi. Akhirnya mereka terus bermimpi dan terus bermimpi tanpa memandang lagi kenyataan, dan akibatnya mereka semakin tertinggal dari para anak angsa. Anak-anak angsa tersebut tak hanya meninggalkan ia dan kawanan itiknya dibelakang mereka, namun juga mencemoohkannya dibelakangnya.
Anak itik terus bermimpi, dan kawanan anak itik lainnya pun terus terbuai dengan dongeng dan mimpi-mimpi si anak itik buruk rupa. Mereka semakin tertinggal. Para angsa dewasa melihat mereka dengan pandangan sedih. Tak ada kebanggaan yang bisa diberikan pada induk-induk mereka. Mereka hanya menjadi sasaran doa dari induk-induk angsa dan itik. Para induk berdoa agar mereka dapat berubah dari itik yang pemimpi menjadi angsa.
Tiga tahun lamanya si anak itik buruk rupa terbuai mimpi. Hingga akhirnya ia harus meninggalkan kolam kecil tempatnya belajar dan pergi ke kolam yang lebih besar. Di kolam yang baru ia bertekad melupakan mimpinya dan memulai segalanya dari awal. Ia bertekad ingin menjadi angsa. Tekad tinggallah tekad. Kembali ia terlena dalam mimpi-mimpi. Memang ia tak lagi menjadi itik yang menggambar sketsa, melukiskan mimpi-mimpi anak itik yang lain, namun ia tenggelam dalam cerita-cerita yang dibuat oleh angsa-angsa dewasa. Ia tenggelam dalam sketsa-sketsa angsa lain. sketsa-sketsa yang memberikannya mimpi baru dan membuatnya melupakan tekadnya untuk menjadi seekor angsa. Akhirnya tiga tahun ia habiskan dalam kolam tersebut hanya untuk menikmati mimpi yang diberikan orang lain. ia tak pernah menjadi angsa. Tak ada yang salah dengan pergaulannya. Ia duduk bersanding dengan anak angsa, dan anak angsa tersebut selalu memberikannya contoh untuk menjadi angsa yang baik. Namun sayangnya, si anak itik yang buruk rupa tak pernah perduli, ataupun kalau ia perduli, semua itu hanya sebatas niatan, ia tak pernah mau bercapai lelah untuk mengubah dirinya menjadi seekor anak angsa.
Tiga tahun berlalu dalam kolam tersebut. Ia tetap itik. Itik yang buruk rupa. Kini ia jatuh cinta pada angsa. Angsa dari kolam yang sama namun berbeda kumpulan. Kalau ia bergabung dalam kumpulan angsa dan itik, maka angsa yang ia sukai tergabung dalam kumpulan angsa terpilih. Kumpulan anak-anak angsa yang dianggap memiliki kelebihan daripada anak-anak angsa lainnya hingga mereka dikelompokkan dalam satu kelompok berbeda. Setahun lamanya ia memendam rasa terhadap sang angsa. Namun, selamanya angsa tak akan pernah melirik itik, terlebih itik yang buruk rupa dan sifat. Cintanya kandas tanpa adanya pengharapan.
Kini, ia telah selesai diberi ajaran di kolam tersebut. Tiga tahun lamanya hampir tak ada artinya. Tak ada yang berubah dari diri si anak itik yang buruk rupa. Ia hanya bertambah tinggi sedikit, selebihnya tetap sama. lalu segalanya berubah. Kakak anak itik yang buruk rupa adalah angsa yang sangat istimewa. Sungguh tak ada yang bisa menduga kalau anak itik yang buruk rupa serta sifatnya memiliki kakak seekor angsa yang anggun nan pintar. Undanganpun dikirim kekeluarganya. Undangan kepada sang angsa untuk belajar di salah satu kolam terbaik di negaranya. Akhirnya anak itik yang buruk rupa dan keluarganya pindah semua untuk menemani sang kakak angsa belajar di kolam tersebut.
Anak itik yang buruk rupa itu kini dimasukkan dalam sebuah sangkar emas. Sangkar yang mendidik itik menjadi angsa. Tahun pertama, ia tetap menjadi itik. Namun ia menjadi itik yang sombong. Ia menganggap dirinya lebih baik dari pada itik-itik yang ada dalam sangkar tersebut. Namun kenyataan menghempasnya. Kini ia tak bisa lagi bermimpi dan terdiam. Dulu ia bisa bermimpi karena angsa-angsa pengajar dikolam tersebut mengenal ayahnya dan segan memberinya nilai jelek apabila nilainya memang jelek. Namun kini di kolam yang baru ini, tak ada yang mengenal ayahnya. Angsa-angsa pengajar disini dengan senang hati memberikan angka kursi terbalik padanya apabila nilai yang pantas ia dapatkan memang kursi terbalik. Melihat hal tersebut, mulailah anak itik yang buruk rupa mencoba berubah, hasilnya pun terlihat. Ia kini adalah seekor itik yang cukup terpandang walaupun ia bukan angsa.
Tahun kedua disangkar yang sama. kini sudah setahun lamanya ia tinggal dan belajar dalam sangkar tersebut. Kemudian para angsa pengajar membagi mereka lagi dalam dua kumpulan, kumpulan itik dan kumpulan angsa. Anak itik yang buruk rupa ini pada awalnya dimasukkan dalam kumpulan angsa, namun ia menolak, sebab ia sadar kemampuan dirinya sendiri yang memang tak akan mampu bersaing dengan para angsa, akhirnya ia memilih dimasukkan dalam kelompok itik. Dikelompok ini ia menjadi raja. Raja itik. Ia memang yang termasuk itik yang terbaik, ini merupakan hasil usaha si anak itik selama setahun penuh. Namun sayangnya, ia menjadi raja itik yang sombong, memandang remeh orang lain dan menganggap diri sendiri paling tinggi. Ia pun di benci oleh beberapa itik lain. banyak itik yang ingin menjatuhkan dirinya dari singgasanya. Namun ia tetap berdiri dengan angkuh di atas itik-itik lain, sebab ia memiliki teman seekor itik yang hampir sama pintar dengan dirinya. Itik itu memiliki kelebihan hal yang tidak ia miliki, dan akhirnya ia beserta temannya berhasil menjadi raja dan menteri dalam kelompok itik.
Tahun ketiga dalam sangkar yang sama. setahun sudah ia menjadi raja itik, namun kini temannya yang merupakan menterinya yang selalu membantunya telah meninggalkannya. Ia telah mendapatkan teman baru yang dianggap lebih baik dari pada si anak itik yang buruk rupa. Kini si anak itik sendirian. Akhirnya dalam kesendirian ia berpikir, untuk apa selama ini sikap yang angkuh aku pelihara. Seperti memelihara duri dalam daging, aku tak tahu lagi mana yang benar tulus menjadi temanku dan mana yang sebenarnya teman yang bermuka dua. Lalu ia putuskan untuk mengubah sifatnya yang angkuh menjadi lebih bersahaja. Hal ini membuahkan hasil yang positif bagi si anak itik yang buruk rupa. Ia diangkat menjadi wakil dalam dewan kepemerintahan murid di sangkar tersebut. Namun sayangnya hal ini tidak berlangsung lama. Ada angsa yang iri dengan keberhasilannya dan berhasil membokongnya dari belakang hingga ia tersingkir dari kursi pemerintahannya diganti dengan angsa tadi. Memang selamanya angsa tidak akan suka melihat itik berada diatas mereka. Namun ia tidak perduli, kini ia bergabung dengan kumpulan anak-anak calon angsa. Mereka baru saja masuk dalam sangkar ini dan mereka menyukainya. Ia dikenal sebagai itik yang bisa dijadikan tempat untuk bertanya. Mereka suka keramahannya, mereka suka humornya, mereka suka dengan sikapnya yang tidak memandang bahwa mereka adalah anak baru. Itu terjadi karena si itik buruk rupa ingin berubah. Ia sudah cukup banyak menanam permusuhan dengan sifatnya yang buruk. Ia ingin mengikat persahabatan disisa waktunya disangkar ini.
Persahabatannya dengan kumpulan anak angsa ini membuatnya bahagia. Ia tak perdulikan lagi sikap musuh-musuhnya yang selalu ingin menggulingkannya atau ingin membalas dendam padanya. Ia pun lengah. Suatu ketika musuhnya memanfaatkan kelengahannya dan menjebaknya. Ia difitnah mencuri handphone milik itik dalam kelompoknya. Sungguhpun tak ada bukti, ia tetap dikucilkan, ia diasingkan. Namun ia tidak perduli. Selama ia tidak bersalah, ia tidak perduli namanya dicemarkan. Karena ia tahu, semua konspirasi ini tidak akan bisa membersihkan namanya. Ia hanya bisa melawan ketika mereka menuntut pertanggungjawabannya, dan ia menang, karena memang ia tidak bersalah. Kini terlihat sudah. Dalam kelompok itik terdapat tiga golongan. Golongan netral, yaitu golongan yang menerima dia sebagai bagian dari kelompok tidak mengusik dan juga tidak mendukung. Golongan teman setia, yaitu itik-itik yang menerima dia sebagai teman dan tidak pernah menaruh curiga dan prasangka terhadap dirinya, golongan ini terdiri dari itik-itik pindahan dari sangkar lain. dan golongan terakhir adalah golongan musuhnya. Golongan ini selalu berusaha menjatuhkannya, baik secara kasar maupun secara halus. Itik yang ingin menjatuhkannya secara halus tak segan-segan melakukan segala cara untuk menjatuhkannya dari puncak nilai tertinggi, termasuk dengan bermanis muka di hadapan angsa pengajar. Sedang itik yang ingin menjatuhkannya secara kasar tidak segan-segan memprofokasinya dan mengajaknya bertarung, apalagi itik ini dibantu oleh temannya yang dari kelompok angsa, angsa yang menjatuhkannya dari kursi pemerintahannya. Semua itu ia hadapi dengan tegar. Ia punya kawanan itik yang siap mendukungnya dikelompoknya dan ia punya hubungan yang baik dengan anak angsa yang ada dikelompok dibawahnya. Semakin membuatnya terharu adalah, walaupun anak-anak angsa itu diintimidasi karena berhubungan dengan dia, namun mereka tetap tak tergoyahkan, dan setia menemaninya. Hingga ia selesai dari sangkar tersebut.
Kini ia masuk dalam kolam yang baru. IPB nama kolam tersebut. Disini ia mulai kehilangan eksistensinya sebagai raja itik. Ia kembali menjadi itik yang buruk rupa dan itik yang berjiwa kerdil. Nilai-nilainya anjlok. Tahun pertama di kolam ini merupakan tahun yang sangat mengecewakan bagi hidupnya. Sungguhpun ia berteman dengan para angsa, namun ia salah memilih angsa. Angsa yang ia pilih tak memberinya kemauan untuk mengubah diri, sebaliknya, ia makin jatuh dan jatuh.
Tahun ke dua. Itik yang buruk rupa bertekad untuk berubah. Ia mulai dengan meninggalkan kawanan angsa itu dan mencari kawanan lain yang bisa membantunya. Akhirnya ia bertemu dengan kawanan angsa lain yang bisa mengubahnya. Gelarnya sebagai raja itik kembali ia dapatkan. Ia masuk dalam kategori mahasiswa termahir komputer dikelasnya. Kawanan angsa yang baru ini benar-benar membuatnya berubah. Si itik buruk rupa mendalami komputer karena kawanan angsa ini tak ada yang mengerti komputer satupun. Hingga akhirnya ia mampu mengangkat namanya menjadi raja itik kembali. Inilah tahun kebangkitan sang raja itik.
Tahun ketiga. Gelar raja itik sudah kembali ia sandang. Komputer merupakan bidangnya yang hanya dapat ditandingi oleh beberapa itik dan angsa di kelasnya. Sungguhpun dalam hal lain ia tidak bisa menandingi angsa-angsa super yang ada dikelasnya. Tidak dapat dipungkiri sang Ratu Angsa dan kelompoknya tak kan pernah bisa kelompoknya tandingi walaupun ia memiliki kemampuan komputer yang sangat hebat dan angsa-angsa temannya memiliki kemampuan yang luar biasa, namun kelompok Ratu Angsa juga memiliki seekor itik yang mempunyai kemampuan komputer yang lebih hebat dari kemampuan itik buruk rupa.
Ditahun ketiga inilah ia bertemu dengan seekor angsa yang cantik jelita. Angsa ini merupakan kekasih hati pertama dari si itik buruk rupa. Mereka sempat menjalin hubungan kisah kasih selama beberapa saat hingga akhirnya sang angsa sadar kalau ia dan itik buruk rupa tidak bisa selamanya bersama karena suatu perbedaan yang sangat dalam diantara mereka. Akhirnya angsa yang cantik nan rupawan ini meninggalkan si itik buruk rupa dalam kesedihannya seorang diri. Untungnya si itik punya seekor teman angsa yang sangat dekat dengannya. Angsa inilah yang membuatnya kembali bangkit dan memulai hidupnya dengan berusaha melupakan angsa yang meninggalkannya. Namun, semakin ingin dilupakan semakin teringat. Akhirnya itik buruk rupa memutuskan untuk mengubah diri menjadi angsa agar perbedaan derajat mereka menjadi sama. si itik buruk rupa mulai mentransfromasikan dirinya. Semua usaha ia lakukan untuk berubah. Hasilnya pun terlihat.
Saat-saat akhir tahun ketiga. Itik yang buruk rupa kini telah berubah, sungguhpun dalam pikirannya tidak menduga bahwa perubahannya sangat besar, ia hanya menganggap dirinya sedikit berubah. Pendapat itu akhirnya terbukti salah ketika salah seekor angsa tak sengaja salah bicara. Ketika itu ia sedang berjalan bersama angsa yang pernah menjadi temannya dulu ketika ia awal masuk menjadi mahasiswa, angsa tersebut bertanya, “kamu mau kemana?” itik yang buruk rupa tadi menjawab, “mau kebandara jemput saudara” lalu sang angsa berkomentar, “mau kebandara aja keren amat? Aku aja gag pernah keren-keren kalau mau kebandara” katanya. Keren? Padahal saat itu si itik buruk rupa hanya memakai kaos oblong dengan celana jins biasa dan menyandang tas buruk yang sudah robek sana dan sini, dan si angsa tadi bilang dia keren? Ia sendiri memang menyadari, entah sejak kapan baik angsa maupun itik betina yang berpapasan dengannya pasti sejenak akan melihatnya, memperhatikannya. Akhirnya ia tahu kenapa. Karena kini ia bukan lagi si itik buruk rupa. Ia kini menjadi seekor angsa.
Setahun setelah wisuda. Si itik buruk rupa kini telah menjadi seekor angsa. Banyak betina mengincarnya. Saat ia bermain basket banyak yang menunggu aksinya. Pada saat ia berenang banyak yang kagumi kemampuan renangnya. Keahlian komputernya membuat ia semakin dihormati. Setahun lepas wisuda. Itik telah menjadi angsa. Hidupnya kini menjadi hidup seekor angsa. Dikagumi, dihormati, dan ia memanfaatkannya dengan baik. Gonta ganti pasangan telah jadi gaya hidupnya. Tak terhitung betina yang pernah menjalin hubungan dengannya, baik itu hubungan serius maupun hanya hubungan sesaat. Setelah sekian lama ia hidup dengan nuansa sang angsa kelinci, Ia kini siap kembali ke kolam asalnya. Tempat ia dulu menjadi itik yang buruk rupa. Ia dulu pergi dari kolam itu sebagai seekor itik dan kini ia pulang kembali kekolam itu dengan membawa aura seekor angsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar