12 Des 2009

Aku Pulang

Naik naik ke puncak gunung…
Tinggi tinggi sekalii…
Kiri kanan, kulihat saja…
Banyak pohon gag jelas.

Akhirnya, setelah bercelana (berkelana maksud saya) sekian tahun di kota angkot, aku pun pulang ke kandang (kaya sapi aja pulangnya kekandang). Pulang ke kota kelahiran orang yang menikahi orang yang melahirkanku, singkat kata kota kelahiran ayahku. Meulaboh. Sejujurnya, kepulanganku ini terasa berat bagiku, bukan karena aku obesitas atau sedang dalam masalah berat badan, tapi karena aku merasa ilmu yang aku dapatkan di Bogor belum cukup (dipertanyakan ini, ilmu atau cewek????) tapi, karena tuntutan masa depan, akhirnya aku berjudi dengan nasib dan kembali pulang,

Aku pulang….
Tanpa dendam…
Ku akui kekalahan… ku…
(Sheila on sepen mode : on)

Empat hari empat malam lamanya aku tersiksa dimobil modifikasi milik keluargaku. Terguncang sana terguncang sini, terseret sana terseret sini, lebai disana lebai disini, dan yang paling menyiksaku adalah, tidak adanya cewek cakep yang bisa kuajak bicara, bertukar pakaian dalam, salah, maksudnya bertukar pikiran, ngeres aja pikiran loe pada. Karena selama di Bogor, aku sudah ditasbihkan sebagai lelaki yang tiada hari tanpa wanita, simak saja pengalamanku di Bogor. Hingga kini di perjalanan ini, aku merasa tersiksa sangat, bahkan aku sempat sedikit menyesali keputusanku ini.

Sesampainya di Meulaboh, aku shock. Rumah yang akan aku tinggali selama di Meulaboh sungguh merupakan rumah tak layak huni yang sangat menyeramkan. Kalau ada shooting film Setan Kredit Menagih Hutang, pasti rumah yang akan aku tinggali inilah yang paling berprospek untuk jadi area shootingnya. Untungnya, setelah melihat kondisi rumah yang sangat tidak mendukung aku dan keluargaku memutuskan untuk tinggal di rumah nenekku yang terletak jauh dari situ, jadi aku tak perlu takut ketemu Setan Kredit dari rumah itu.

Lagi-lagi aku shock ketika tiba di rumah nenekku itu. Bukan shock karena melihat rumahnya, tapi aku shock, ternyata ada cewek yang sangat amat luar biasa cantik bukan main tinggal di depan rumahku. Waw. Aku sungguh tak menyangka orang Aceh ada juga yang cantik. Tapi, sesuai dengan prinsip dasar dari hidupku, aku tak akan berpacaran dengan :
1. saudara
2. tetangga
3. teman sekelas
4. teman dekat

jadi, aku menganggap cewek tadi hanya sekedar hiburan untuk cuci mata saja. Apalagi aku tahu benar karakteristik cewek Aceh seperti apa. Anda tak harus memiliki wajah tampan untuk dapat memperistri wanita secantik dia, dan anda tidak harus mengeluarkan rayuan gombal segombal-gombalnya untuk mendapatkan hati wanita secantik itu, anda cukup pergi ke garasi lalu keluarkan mobil anda (mobil disini bukan seperti mobil saya, dalam artian mobil disini adalah mobil keluaran baru) dan, taraa, anda akan mendapatkan hati wanita paling cantik di Aceh ini.
Kemudian, selama tiga bulan aku mulai mencari pekerjaan untuk menyambung hidup, sungguh kehidupan disini sangat berbeda dari kehidupan yang selama ini aku jalani di Bogor sana. Disini aku tak bisa puas-puas lihat cewe pake bikini di kolam renang, atau pacaran gelap-gelapan di bioskop sambil nonton Dewi Persik dikejar-kejar pocong, atau sekedar berdiri sambil tebar pesona sambil baca buku gratisan di Gramedia. Akhirnya setelah penantian panjang seperti kacang, aku diterima bekerja di sebuah Lembaga Negara Non Departemen yang mengurus segala sesuatu tentang administrasi negara, LAN. Hanya saja sampai saat ini aku belum mulai bekerja sebab SK belum keluar(sebenernya dari dulu aku gag tau, SK tu apaan sih? Surat Kelamin apa Suka Keluyuran???), jadi sampai saat ini kerjaku ya hanya bisa buang buang uang saja, tapi belum bisa mencarinya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar